34

3.9K 326 34
                                    

Saat ini jujur aku bingung sebenarnya apa yang sedang Laras lakukan. Kenapa tiba-tiba saja ia bersimpuh di kakiku dan menangis sambil mengatakan permohonan maafnya padaku.

Memangnya apa yang sudah Laras lakukan?

"Ras jangan kaya gini, aku nggak ngerti. Bangun Ras", kataku akhirnya setelah sadar dari keterkejutanku.

Laras masih menangis dan kata maaf berkali-kali keluar dari bibirnya membuatku bingung.

"Ras serius jangan gini, ada apa? Duduk aja terus ceritain. Aku bingung kalo gini."

Kemudian setelah beberapa saat di mendongakkan wajahnya kearahku. Aku bisa melihat kedua matanya yang sembab karena tangisnya.

Aku menyuruhnya bangkit kemudian mendudukkannya disampingku. Dia menurut.

Aku bertanya kembali apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang ingin dia katakan.

"Mbak Kiara saya hamil.", katanya setelah diam sejenak setelah aku bertanya.

Hamil?

Tunggu tunggu. Kalau dia hamil kenapa dia harus meminta maaf padaku?

Jujur saja aku bingung, dia yang hamil kenapa dia harus meminta maaf padaku?

Aku bukannya kejam tapi kan bukan aku yang menghamilinya, lagipula aku juga wanita sama sepertinya.

Tapi kemudian, klik klik seperti ada sesuatu di otakku saat aku memikirkannya.

"Anak mas Rafa."

BOOM!!!

Seketika saja lututku lemas saat Laras mengatakan apa yang baru saja aku pikirkan.

Laras hamil?

Anak Rafa?

Bagaimana bisa?

***

Laras sepertinya mengerti keterkejutanku dan melihatku yang membutuhkan penjelasan.

Dia akhirnya menjelaskan segalanya meskipun saat ini aku masih shock dan belum bisa mencerna segalanya.

Semuanya terjadi begitu saja saat mereka berada di Singapura untuk perjalanan bisnis.

Laras tentu saja mengikuti Rafa kesana karena dia adalah asistennya. Rekan kerja mereka di Singapura mengajak mereka pergi ke club setelah makan malam.

Karena Rafa merasa tidak enak jika menolak akhirnya mereka pun pergi. Kemudian lagi-lagi rekan kerja mereka memaksanya untuk menenggak minuman beralkohol dan lagi-lagi mereka tidak kuasa menolaknya.

Demi kelancaran pekerjaan mereka juga.

Laras yang tidak terbiasa dengan alkohol langsung mabuk setelah menghabiskan 3 gelas sedangkan Rafa yang sedikit terbiasa masih terus-terusan diberi lagi dan lagi sampai kemudian dia juga mabuk.

Entah bagaimana ceritanya sampai keesokan paginya mereka bangun di kamar hotel dengan keadaan yang yah tidak perlu aku jelaskan bukan?

Kalau kalian ada di posisiku saat ini apa yang akan kalian lakukan?

Aku yakin kalian akan meneriaki Laras yang ada di hadapan sekarang dengan berbagai macam kata-kata kasar juga sumpah serapah apapun yang keluar dari mulut.

Juga tidak lupa mencambak menampar memukul atau melakukan tindakan apapun yang bisa dilakukan untuk melampiaskan amarah.

Tapi tidak denganku saat ini.

Aku hanya duduk diam menatap Laras dan masih berusaha mencerna apa yang baru saja Laras ceritakan. Bahkan aku sama sekali tidak menangis.

Bukan tidak ingin tapi aku tidak bisa. Air mataku tidak bisa keluar meskipun saat ini hatiku merasakan sakit yang teramat.

Laras itu gadis baik-baik. Aku mengenalnya dengan baik meskipun tidak terlalu dekat. Aku percaya apa yang baru saja dia katakan padaku adalah kebenaran yang sebenarnya.

Mereka sama-sama mabuk. Tidak ada sedikitpun dalam pikiranku bahwa Laras menggoda Rafa meskipun itu bisa saja terjadi tapi aku tidak pernah sekalipun memikirkannya.

"Rafa harus tanggung jawab.", kataku setelah berdiam begitu lama.

"Mbak tapi....", kata Laras berusaha mengelak.

"Nggak ada tapi-tapi. Bayi itu anak dia. Kamu nggak mau kan dia lahir tanpa seorang ayah?"

Mungkin yang saat ini Laras pikirkan adalah aku sudah gila.

Bagaimana bisa aku mengatakan Rafa untuk bertanggung jawab sedangkan Rafa adalah kekasihku.

Wanita yang kekasihnya menghamili wanita lain pasti akan menyuruh wanita itu untuk menggugurkan kandungannya dan mengancam untuk menjauhi kekasihnya sejauh mungkin.

Tapi tidak ingin seperti itu. Aku akui saat ini seperti ada yang menyayatkan pisau pada hatiku.

Bohong kalau aku tidak marah tapi aku juga masih punya hati terutama pada wanita di hadapanku yang sedang mengandung anak kekasihku.

Demi Tuhan, kekasihku.

Sungguh aku tidak ingin bertindak diluar logikaku. Apalagi menyuruhnya untuk membunuh janin di kandungannya.

Aku tidak setega itu. Bayi itu suci, tidak berdosa.

Jadi satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah menyuruh ayahnya untuk bertanggung jawab. Meskipun harus mengorbankan perasaanku sendiri.

"Rafa udah tau kan?", aku bertanya lagi setelah hening yang cukup lama.

Laras hanya mengangguk kemudian menjawab, "Udah, seminggu yang lalu"

Aku berusah berpikir dan sekarang aku mengerti alasan dibalik sifat Rafa yang berubah selama dua minggu ini.

"Pokoknya dia harus tanggung jawab. Aku harus ketemu sama Rafa buat nyelesain semuanya karena aku yakin Rafa belum tahu kalau aku tau, kan?", kataku bertanya pada Laras dan hanya dijawab dengan anggukan kepalanya.

Kemudian aku pamit, tidak ada lagi yang harus aku lakukan disini.

"Jaga kandungan kamu baik-baik.", kataku setelah berada di pintu apartemen Laras dan kemudian berbalik berjalan menuju lift.

***

Kalian nyangka nggak kalo ceritanya bakal kaya gini?
Kalo engga, sama ku juga😂😂

Poor Kiara😖😖

My Lovely Kim Seok Jin [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang