42

4K 327 4
                                    

Mobil Kiara memasuki halaman rumahnya setelah pulang dari apartemen Rafa.

Urusannya dengan Rafa sudah selesai, kini urusan dengan orang tuanya yang menantinya.

Mengingat waktu sudah menunjukan pukul 7 malam, ayahnya pasti sudah pulang dan sedang menunggu ibunya mempersiapkan makan malam sambil membaca buku di ruang keluarga.

Hobi membaca ayahnya itu menurun padanya.

Dia hafal sekali kebiasaan ayahnya. Karena itu dia juga mempersiapkan diri untuk menjelaskan kepada kedua orang tuanya, mereka pasti akan bertanya melihat matanya yang sembab dan penampilannya yang berantakan saat ini.

Kiara menghela nafas saat turun dari mobilnya, kemudian berjalan menuju pintu rumah dan membukanya.

Benar saja, ayahnya sedang membaca koran di ruang keluarga menunggu ibunya yang sibuk di dapur.

Saat Kiara memasuki ruang keluarga, ayahnya menoleh kearahnya kemudian tatapannya terpaku pada mata Kiara yang sembab.

"Kiara, are you okay?"

Satu pertanyaan yang meluncur dari mulut ayahnya membuat Kiara berlari menghampiri ayahnya dan menangis dipelukan ayahnya.

Ayah Kiara bukan sosok yang terlalu banyak bicara. Dia lebih banyak diam tapi dia tetap mengawasi anak-anaknya terutama Kiara, anak perempuan kesayangannya.

Ayahnya termasuk orang yang sangat dekat dan sangat mengerti Kiara meskipun ayahnya sangat jarang berbicara.

Karena itu saat ayahnya menatapnya lekat dan bertanya apakah dia baik-baik saja Kiara tahu bahwa ayahnya tahu putrinya sedang tidak baik-baik saja.

Itu yang membuat Kiara langsung mendekap ayahnya dan menangis tersedu-sedu.

"There's something wrong?"

Kiara mengangguk tapi tidak berani menatap mata ayahnya, dia takut tangisnya makin menjadi.

"Then, may I know what happen?", tanya ayahnya lagi.

Tangisnya sedikit reda. Kiara tahu bahwa ia tidak bisa berbohong pada orang tuanya termasuk ayahnya pun akhirnya dia melepaskan pelukannya kemudian berniat menceritakan segalanya pada ayahnya.

"Ya Tuhan Kiara, kamu kenapa?", ibunya tiba-tiba menghampirinya dengan raut wajah khawatir.

Tadinya ibunya berniat mengajak ayahnya makan malam karena semuanya sudah siap tapi dia terkejut melihat penampilan Kiara yang berantakan dan menangis di pelukan ayahnya.

"Ma, Pa ada yang mau Kiara ceritain."

Dan kemudian segalanya mengalir dari mulut Kiara meskipun sedikit tersendat-sendat karena tangisnya.

Ibunya ikut menangis mendengarnya kemudian menghampiri Kiara untuk memeluknya dan memberi kekuatan.

Ayahnya hanya diam tapi tetap mendengarkan apa yang putrinya jelaskan, mencoba memberi kekuatan dengan tatapan matanya.

Dia tahu putrinya saat ini pasti amat-sangat tidak baik-baik saja tapi dia juga tahu putrinya merupakan sosok yang tangguh dan dia yakin Kiara dapat melalui semua ini.

Ini hanya salah satu ujian yang harus dilewati Kiara untuk membuatnya lebih tangguh lagi.

Kiara mengakhiri ceritanya dengan sedikit isakan pada suaranya.

"Terus sekarang hubungan kamu sama Rafa gimana?"

Kiara menggeleng.

"Aku udah selesain semuanya Ma, aku nyuruh Rafa buat nikahin Laras." Ibunya terkejut mendengar ucapannya.

"Aku nggak bisa ngebiarin anak itu lahir tanpa seorang ayah dan aku juga nggak sampai hati buat nyuruh Laras gugurin kandungannya. Maaf Ma... aku tau Mama berharap banget aku bisa nikah sama Rafa dalam waktu dekat, tapi aku juga nggak mau egois meskipun ini cuma kecelakaan dan Laras nggak menuntut Rafa buat nikahin dia. Mungkin ini cara Tuhan buat nunjukin kalo Rafa sama aku nggak berjodoh."

Ibunya mengerti apa yang Kiara rasakan saat ini, meskipun terkejut dan kecewa tapi ibunya menghormati apa yang Kiara putuskan. Dia kembali mengeratkan pelukannya memberi putrinya kekuatan menghadapi peristiwa ini.

Sedangkan ayahnya masih tetap diam mengamati apa yang Kiara coba sampaikan pada ibunya.

"Ma, Pa dengan adanya masalah ini aku udah buat keputusan.

Aku bakal terima tawaran bosku untuk ke Korea. Aku harap Mama sama Papa nggak keberatan"

"Kamu yakin? Kamu bakal hidup sendirian disana Ki, Mama nggak mau kamu jauh", ibunya tidak setuju dengan keputusan yang Kiara buat.

"Kiara, Papa tahu kamu wanita yang kuat. Papa percaya kamu bisa menghadapi segalanya. Apapun keputusan kamu saat ini, Papa nggak bisa melarang karena kamu sudah dewasa dan bisa memutuskan apa yang terbaik untuk masa depanmu sendiri. Tapi Papa harap kamu sudah memikirkan ini baik-baik.", akhirnya ayahnya membuka suara setelah diam cukup lama.

Kiara mengangguk.

"Ma aku mohon ijinin aku kali ini, aku tau ini berat bukan cuma buat Mama tapi juga buat aku karena jauh dari keluarga. Tapi aku juga nggak mau terpuruk disini dan ngelepasin kesempatan begitu aja."

"Tapi janji sering kabarin Mama disini ya?"

Dan Kiara tahu bahwa ucapan ibunya itu adalah persetujuan akan keputusannya.

Dia mengangguk dan tersenyum pada ibunya.

"Jangan lupa kabarin Kevin, Mama bisa aja cerita semuanya ke Kevin tapi pasti dia lebih milih kamu yang cerita langsung sama dia."

Kiara kembali mengangguk kemudian memeluk ibunya erat disertai senyum kelegaan.

***

My Lovely Kim Seok Jin [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang