63. Rowoon Yakin

5.6K 496 90
                                    

Happy Reading :)

"Nggak barokah lo, Gyul. Maling mangga sekolah. Yang kanan woi gede!" teriak Lucas sambil nunjuk-nunjuk mangga yang udah mateng.

Habis sholat dzuhur nggak taubat, malah nyolong mangga. Hangyul yang udah naik pohon lihat-lihat dulu, ada guru atau enggak. Kalau ada kan ntar bahaya suruh naik turun pohon berkali-kali kayak dulu. Udah tau pernah dihukum, masih aja dilakuin.

"Si maung nggak ada kan?" tanya Hangyul memastikan. Yang dimaksud itu Yerin. Kalau ketahuan Yerin serem, mainnya ke BK.

"Ck! Aman! Cepetan, keburu ketauan Pak Ceye modyar lo," kata Lucas sambil nusuk-nusuk pantat Hangyul pakai kayu. "Geli ndul!" seru Hangyul sambil nepis kayunya.

Hyewon lewat dan nggak sengaja kepalanya kejatohan mangga. "Aduh! Sakit pala berbi," rintih Hyewon sambil nutupin kepalanya pakai mukena.

"Alhamdulillah, dapet mangga. Gede lagi." Hyewon bawa mangganya pergi.

"Woi! Anjer, Hye!" panggil Lucas yang nggak terima mangga incerannya dibawa Hyewon. Hyewon yang nggak denger jalan aja. Pas mau manggil, Bu Irene lewat. Hangyul di atas udah ketar-ketir. Setelah jauh, Hangyul langsung turun. Hasil jerih payahnya bakalan disantap SSKA.

"Akh! Kok lo nggak cepet ambil!" Hangyul sampai geregetan sama Lucas.

"Ya lo jatuhinnya ke gue, kuaci!"

"Udah! Lo nya aja nggak becus." Cuma perkara mangga aja ribut. Kalau nggak ada Yohan yang cinta damai, baku hantam mereka.

Dari jauh, Minju natap Hangyul dalam. Dia basahin bibir dan narik napas dalam. Minju langsung nunduk dan jalan pas Hangyul balik natap manik mata dia.

"Nju." Hangyul narik tangan Minju dan ngajak dia ke kursi kayu panjang. Kalau didudukin satu orang paling pojok jomplang. Jadinya, mereka harus mengimbangi.

"Kenapa, Gyul?" tanya Minju.

"Nggak, gue—"

Minju sempet diem pas Hangyul ngomong 'gue', udah berubah kayaknya. Habis itu, Minju senyum manis.

"Maksudnya, aku."

"Senyaman kamu aja, Gyul," sahut Minju.

"Haha, iya. Udah berhari-hari nggak ngobrol. Gimana? Hubungan kamu sama tunanganmu?" tanya Hangyul, yang jujur banget buat hati Minju tercubit.

"Nggak seharusnya kamu tanya itu," balas Minju sambil nendang batu kerikil pakai kakinya.

"Nggak papa, Nju. Aku paham."

"Maaf," lirih Minju pelan.

Hangyul natap wajah Minju dari samping. Rasanya kangen sama Minju, tapi ya gimana lagi. Ini udah keputusan Minju. Dan Hangyul juga udah rela. Lagian, kalau nggak jodoh, ngapain dijaga terus? Lagian juga Minju jodoh orang.

"Bilang sama tunanganmu. Makasih, udah minjemin Minjunya buat Hangyul," ucap Hangyul buat Minju cemberut. "Gyul, jangan gitu."

"Dan bilang, aku nggak pernah nyakitin Minjunya. Jadi, Minjunya masih fresh kayak habis keluar dari kulkas.".

"Please, Gyul. Jangan gini."

"Bahagia terus, Nju. Aku ucapin ini tulus dari hati. Aku nggak buat-buat. Orangtua itu penting, Nju. Kamu harus bersyukur masih ada orangtua dan bisa mematuhi nasihatnya. Sedangkan aku? Dari kecil, aku nggak tau siapa orangtua kandungku," jelas Hangyul sambil senyum lebar. Kayak nggak ada beban. Padahal bebannya banyak banget. Tapi, Hangyul mampu nyembunyiin itu sama sikap santainya.

Hangyul ini cowok yang selalu mentingin perasaan dan kebahagiaan orang lain, atau orang terdekatnya. Kalau kebahagiaan dia terakhir, alias sisanya. Sisa dari kebahagiaan orang terdekatnya. Kalau orang terdekatnya bahagia, dia juga bahagia.

Nikah Muda [Vol. 1] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang