90. Need It

5.5K 489 83
                                    

Happy Reading :)

"Berdiri, Nak," suruh Seungwoo. Seungyoun merasa bersalah banget, dia berlutut dan minta maaf ke Seungwoo. Lagi-lagi dia nggak bisa jagain Yerin dengan baik.

Seungyoun berdiri dan nunduk dengan mata yang sembab tentu aja. Seungwoo lihat pakaian Seungyoun yang banyak darah, dan itu darah Yerin.

Eunbi duduk di sana sama Sinbi. Dia tadi sempet pingsan denger anaknya masuk rumah sakit lagi. Dia terus tanya kenapa. Kenapa harus anaknya? Rasanya sakit denger kabar itu.

Jimin lagi ngurus Nina di kantor polisi dan Lucas jadi saksinya. Minhee udah dateng dan lagi nenangin kakaknya yang udah kelihatan kayak putus asa banget.

Dokter keluar dan Eunbi langsung datengin dokter itu. "Gimana, anak saya?" tanya Eunbi.

"Untuk janin yang ada di kandungannya, dengan berat hati saya ucapkan tidak bisa dipertahankan." Ucapan dokter buat Seungyoun langsung hela napas berat.

"Sedangkan anak anda dalam kondisi kritis. Butuh donor darah untuk anak anda. Di rumah sakit ini tidak ada stok kantong itu, karena golongan darah itu cukup langka. Jika sampai besok malam tidak menemukan pendonor. Saya dan tim tidak bisa menjanjikan apa-apa," lanjut dokter, dan buat Seungyoun semakin nyalahin diri sendirin

Kemudian dokter pergi dari sana dan mindahin Yerin ke ruangan khusus.

***

Seungyoun duduk sendirian di taman rumah sakit. Cuma dia yang nggak masuk lihat kondisi Yerin. Dia nggak mau masuk, karena ujung-ujungnya pasti buat dia tambah nggak tega lihatnya dan pastinya dia bakalan sedih banget.

Dari belakang ada yang nepuk pundaknya dan buat Seungyoun dongak. Ternyata itu, Rowoon? Kenapa Rowoon ada di rumah sakit? Itu pertanyaan Seungyoun sekarang.

"Kenapa lo di sini?" tanya Rowoon ke Seungyoun.

"Yerin-" belum selesai Seungyoun lanjutin bicaranya. Rowoon udah nyela. "Kenapa sama Yerin?" tanya Rowoon yang kaget.

"Dia butuh donor darah," ucap Seungyoun. Rowoon diem, dia tau golongan darah Yerin itu langka.

"Terus?" tanya Rowoon lagi.

"Kalo sampe besok malem ga ada pendonor-" Seungyoun nggak lanjutin ucapannya. Dia nggak sanggup ngelanjutinnya, apalagi bayangin hal itu. Rowoon nepuk-nepuk punggung temennya.

"Gue tau, siapa yang bisa bantu. Tapi, kayaknya ga mungkin," lanjut Seungyoun sambil ngusap wajahnya gusar dan Rowoon paham. Rowoon juga tau siapa yang bisa bantu itu. Dari kecil Rowoon temenan sama Yerin. Dia tau seluk beluk Yerin kayak gimana.

"Lo punya nomernya?" tanya Seungyoun ke Rowoon.

"Dia ga pernah hubungi gue lagi," jawab Rowoon cepet.

"Rowoon, ayo pulang," ucap Nayeon di sana sambil bawa tas selempangnya. Nayeon sempet diem pas lihat Seungyoun di sana.

"Mi, Yerin dirawat," ucap Rowoon buat Nayeon kaget, "Sekarang kamarnya di mana?" tanya Nayeon. Rowoon noleh ke Seungyoun.

"Seratus dua," jawab Seungyoun. Tanpa babibu, Nayeon langsung balik masuk ke rumah sakit dan nemuin Yerin. Tadi, Nayeon ke rumah sakit buat periksa rutin setiap bulan, karena Jinyoung masih ada di Korea. Jadi, dia dianter sama anak sulungnya.

"Lo, lo masuk aja dulu ke dalem. Ntar gue tanya ke temen-temennya. Siapa tau salah satu punya nomer dia," ucap Rowoon. Seungyoun ngangguk dan dia berdiri habis itu pergi dari sana.

Rowoon nunduk dan tanpa sadar air matanya jatuh setetes. Gimanapun juga perasaannya masih sama, walau diluar dia harus kelihatan biasa aja dan nggak ada rasa. Rowoon duduk di kursi taman dan natap langit. Emang rasanya berat buat relain Yerin gitu aja. Dia yang kenal duluan, dan lebih tau tentang gimana Yerin. Tapi, semesta cuma mau mereka punya hubungan sebatas teman, nggak lebih.

Nikah Muda [Vol. 1] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang