"Bagaimana jika ada perang yang buruk? Aku dengar ayah tidak menyukainya karena Ayah malas."
"Lagipula aku akan menang."
Ayah yang terhebat!
_____
*Brak!!*
Claude menggebrak meja kerjanya di di Istana Garnet.
"Mereka semakin kurang ajar!" Dia melempar gulungan kertas yang diberikan Felix. Berita di dalamnya membuat Sang Kaisar marah besar. "Felix, katakan pada para prajurit untuk bersiap. Aku ingin menghapus wilayah si bedebah itu."
"Baik Paduka." Felix tidak pernah membayangkan akan datang lagi hari dimana Claude memerintahkan para prajurit untuk bersiap berperang.
Apa yang ada di kertas itu benar benar membuat Kaisar tidak habis pikir. Kerajaan kecil seperti Hughale beraninya menantang Kekaisaran Obelia. Mereka masuk wilayah perbatasan di selatan tanpa izin dan merebut hasil panen wilayah itu. Para prajurit Obelia di perbatasan mereka bunuh dengan sihir hitam di malam sebelum mereka masuk ke desa. Tak lama ratusan prajurit mereka menguasai desa itu. Duke Celtron yang menguasai wilayah itu tidak bisa berbuat banyak karena dia sama sekali tidak menyangka akan ada penyerangan seperti itu di malam hari.
"Mereka benar benar meremehkan kita karena selama ini Obelia tidak pernah terdengar lagi ikut serta dalam perebutan wilayah." Claude berdiri meninggalkan ruang kerjanya. Dia perlu bersiap memberi perintah kepada para prajurit.
Obelia menjadi negara yang sangat damai setelah Claude menjadi kaisar. Dia tidak berambisi untuk menguasai rakyat ataupun wilayah lain. Dia hanya ingin hidup damai di Istananya dan melihat rakyatnya sendiri makmur tanpa ada masalah. Para pemberontak juga sudah dia musnahkan sebelum mereka bisa membuat perlawanan.
Felix Rovein, Pemimpin dari prajurit Kekaisaran segera menyiapkan segala sesuatu yang diperintahkan Claude.
Walaupun dia sudah lama tidak berperang, Claude tidak kehilangan kemampuannya dalam membuat strategi. Dia hanya kekurangan satu orang yang paling penting dalam misi ini.
'Ck..Haruskah aku menemui si gila itu?'
Claude berdecak membayangkan dirinya yang harus minta tolong pada orang itu.
*Tok* *Tok*
"Ayah..." Athanasia segera datang ke Istana Garnet setelah mengetahui kabar bahwa Kekaisaran Obelia sedang mempersiapkan diri untuk melakukan penyerangan ke daerah perbatasan selatan.
"Maaf Athanasia. Ayah sedang sibuk sekarang, latihan pedang kita harus diundur untuk sementara waktu."
Sudah setahun ini Claude mengajari Athanasia teknik mengayun pedang. Ia ingin Athanasia juga bisa melindungi dirinya sendiri tanpa sihir. Jika sihirnya gagal, dia masih punya pedang yang bisa melindunginya. Putrinya perlu perlindungan ekstra.
"Apa ayah akan pergi sendiri ke selatan? Apa tidak cukup hanya para prajurit?" Athanasia khawatir terjadi sesuatu dengan Ayahnya.
"Aku perlu bicara langsung pada para bedebah itu. Tenanglah Athanasia, semua akan baik baik saja. Aku akan pulang dalam beberapa hari."
Athanasia tau tidak ada gunanya dia membujuk Ayahnya untuk tidak pergi. Ayahnya sudah sangat marah. Siapapun itu yang menyebabkan Kaisar Claude marah besar pasti akan berakhir tergantung di pagar.
"Berjanjilah untuk selalu berhati hati Ayah. Pulanglah segera setelah selesai. Aku akan menunggu Ayah." Athanasia memeluk Ayahnya. Ia sungguh takut kehilangan keluarga satu satunya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/228240887-288-k408456.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Life Season 1 (Who Made Me A Princess Fanfiction)
FanfictionDi usiaku yang ke-26 akhirnya Claude mau melepaskanku menikah dengan pria yang kucintai. Hari hariku kini semakin berwarna dengan keluarga kecilku. Suami tampan yang senang menggodaku. Putri kecil yang sangat mirip dengan ayahnya. Ayah yang semaki...