- Mine -

3.8K 302 101
                                    

"Bagaimana menurutmu, Paduka? Mereka sama sekali tidak mau bicara sepatah kata pun. Haruskah langsung kubunuh?" Lucas menendang salah satu pengacau yang dia tangkap sebelum acara parade dimulai.

Mulut para pengacau itu seperti sudah dijahit, seberapa kerasnya Lucas menendang mereka sama sekali tidak berteriak. Sungguh orang orang yang tangguh.

Claude melihat mereka dengan seksama, tidak menjawab pertanyaan menantunya. Dia sedang berusaha mengingat lambang yang terukir di pedang milik salah satu pengacau. Lambang itu terlihat tidak asing.

"Paduka?"

"Ah rupanya mereka dari tempat jauh. Bagaimana kabar Kaisar kalian yang tukang pamer?"

Akhirnya Claude ingat mengenai Kaisar Teiji yang pernah dia temui dahulu. Kaisar itu senang memamerkan yang dia miliki, termasuk pedang kebanggaannya. Lambang itu ada di setiap pedang yang dibuat di Kekaisaran Jepang.

Ada apa dengan mereka? Kenapa tiba tiba mengirim pengacau ke Obelia? Hubungan mereka bisa dibilang netral, tidak mendukung ataupun saling bermusuhan. Apapun alasannya tidak akan bisa membuat Claude menghentikan hukuman kepada para pengacau yang berani masuk ke Obelia secara diam diam.

"Cepat bunuh para pengacau ini Penyihir Tengik. Mereka tidak berguna jika tidak bisa bicara!"

Perkataan Claude membuat salah satu dari pengacau itu berbicara. "Kami hanya ingin mengambil kembali milik kami! Negara kami hampir hancur karena kebodohan Kaisar terdahulu!"

"Huh? Milik kalian? Kami tidak merasa pernah mengambil atau menerima apapun dari kalian." Claude menginjak tangan pengacau kurang ajar yang berani berbicara dengan nada tinggi.

"Ack!!"

"Harimau itu.. Harimau putih itu milik kami!" Pengacau lainnya berusaha membantu temannya yang tangannya sudah hancur.

Lucas dan Claude sama sama mengernyitkan dahi mereka. Satu satunya harimau putih yang ada di Obelia hanyalah Shuo, teman main Putri Atheia.

"Mereka gila, cepat bunuh!" Claude berteriak dan melangkah pergi bersama Felix. "Benar benar buang waktu berbicara dengan orang orang bodoh."

"Benar, sia sia aku menunggu jawaban kalian. Putriku tidak mungkin mau menyerahkan temannya pada kalian. Sebelum tangan mungilnya jadi kotor karena melukai kalian, aku yang akan membuat kalian pergi dengan cepat menuju alam baka." Lucas menyengir melihat orang orang yang sudah tidak berdaya di hadapannya.

"Tapi karena istriku tidak suka aku membunuh jadi akan sedikit kuringankan hukuman kalian menjadi 'hampir menuju alam baka', hidup tidak mati tidak, ya setengah setengah." Lucas menduduki punggung salah satu pengacau dan mengingat ingat variasi hukuman yang dia miliki.

Sungguh mereka lebih baik mati dibanding menerima hukuman 'hampir menuju alam baka' dari Penyihir Menara Hitam. Tulang mereka dipatahkan satu persatu hingga Lucas merasa mereka hampir mati karena rasa sakit luar biasa. Setelah itu Lucas mengirim mereka kembali ke negara mereka. Tak lupa Lucas membotaki seluruh rambut mereka dan menulisinya dengan tulisan 'Saya Bodoh' 'Terima kasih Tuan Penyihir Tampan' 'Kami menyerah'

"Ah sungguh aku ini terlalu baik."

______

Sang Putri merengek minta digendong setelah merasakan keram untuk pertama kalinya dalam lima tahun hidupnya.
Padahal jelas jelas  Athanasia sudah menyembuhkannya dengan sihir. Dia hanya sedang ingin dimanja dan mencari perhatian mamanya yang belakangan selalu sibuk.

"Kaki Athe cakit!! Gendong!! Gendong!!" Atheia meronta ronta di lantai setelah mereka keluar dari ruang ekshibisi. "Kalian gak kacian lihat gadis cantik inyi kecakitan? Teganyaaaa~ Tega! Tegaaa!"

Eternal Life Season 1 (Who Made Me A Princess Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang