- Morning Routine -

11K 612 124
                                    


Rambut pirang panjang Athanasia terurai indah di tempat tidur. Cahaya matahari pagi yang masuk melalui jendela kamar membuat rambutnya tampak bersinar. Tangan besar dan kuat milik Lucas membelai rambut Athanasia. Mata ruby nya tidak lepas memandangi dari wajah cantik sang putri.

'Dia pasti kelelahan. Mungkin aku terlalu berlebihan semalam'

Lucas mengelus lembut pipi wanita yang telah nenjadi istrinya itu.

"Mmmm.." Athanasia mulai sadar akan sentuhan di pipinya, perlahan membuka matanya.

"Tidurlah lagi. Masih pagi, masih ada waktu sebelum Ayahmu menggedor pintu kamar ini"

Saat ini mereka berdua masih berpelukan tanpa sehelai benang. Membayangkan Claude masuk tentu tidak akan menyenangkan.

"Lucas.." Athanasia mengeratkan pelukannya di pinggang Lucas. Dia ingin selamanya tertidur di dada bidang suaminya. Hangat dan nyaman.

"Ya istriku..Kamu ingin minum?"

Athanasia tersenyum dan menggeleng. Membuka mata setelah olahraga malam ternyata sangat sulit. Dadanya masih dipenuhi kebahagiaan. Wanita mana yang tidak bahagia jika diberi cinta sepanjang malam oleh suaminya.
Kekhawatiran Hannah, Seth dan Lily kemarin ternyata tidak terjadi. Lucas memperlakukannya dengan sangat lembut, dia sabar membimbing Athanasia yang masih ketakutan. Mengingat apa yang terjadi semalam membuat pipinya merona. Mereka melakukan rutinitas penuh cinta itu semalaman. Badannya tidak sakit, Lucas menggunakan sihir agar badan Athanasia tidak merasakan efek dari olahraga malam.

Athanasia membuka matanya lalu menatap Lucas. Matanya langsung berhadapan dengan mata ruby suaminya. "Pagi suamiku.."
Dia mengelus pipi Lucas.
Tak bisa menahan perasaan cinta mereka yang melua luap, mereka akhirnya tidak beranjak dari tempat tidur sampai ada yang mengetuk pintu kamar mereka.

"Yang Mulia.. ini Lily. Paduka ingin bertemu dalam 15 menit. Apa perlu kami masuk?"

__________

"Hmm..masuk?" Aku mulai sadar mendengar suara Lily.

Kami belum berpakaian. Dengan panik Aku bangun, melepas tangan Lucas yang masih tidur di sampingku.

"Sebentar Lily.."

Di sekitar ranjang terlihat pakaian kami yang terpencar dimana mana.
Sebelum para dayang masuk aku harus memungutinya.
Selesai memunguti, aku bergegas menggunakan gaun malam yang aku pakai semalam. Tugas tersulit selanjutnya, membangunkan pria yang masih memeluk bantal. Dia mengira masih memeluk istrinya.

"Lucas..Ayah ingin bertemu dalam 15 menit" Aku berbisik di telinganya.

"hmmm.. Aku tidak mau bertemu dengan ayahmu" Dia meraih pinggangku, memelukku lagi.

"Ayo Lucas.. Aku sudah janji untuk selalu sarapan dengan Ayah" Aku mencoba melepas tangannya. Dia semakin mempererat pelukannya.
Sepertinya tangan nagaku harus beraksi. Aku mencubit tangannya.

"Lucas, sudah cukup. Ayo bersiap"

Ctak

Dalam sekejap kami berdua sudah siap. Sihir ini memang berguna.
Aku membuka pintu kamar. Lily dan Felix sudah tersenyum lebar melihat kami berdua. Aku hanya bisa tersenyum dipaksakan. Bisakah kalian berdua pura pura tidak tahu? Ini memalukan.

Aku berjalan mendahului mereka karena malu.

"Sayang! pelan pelan jalannya!! Nanti sakit!" Lucas, si pria tidak tahu malu itu, berteriak dari belakang. Menggodaku yang setengah berlari menuju istana ayah.

Aku masih bisa mendengar tawanya dari kejauhan.

Sampai di depan istana Garnet, Lucas yang tiba tiba sudah berada di belakangku berbisik "Jangan terlalu gugup. Nanti ayahmu semakin ingin tahu apa yang kita lakukan semalam" Aku berbalik. Senyum menyeringai itu sekarang terlihat indah. Aku bisa gila. "Pipimu terlalu merah. Mau aku tutupi dulu?"

"Tidak perlu!"

"Paduka.. Tuan Putri Athanasia dan Tuan Lucas sudah sampai" Felix segera memberitahu Claude yang sudah menunggu di dalam.

"Suruh mereka masuk" suara Claude terdengar menggema seperti suara naga.

Ah.. Dia marah

"Ayaaaaaah!!" Aku berlari memeluknya yang sedang duduk di paling ujung meja makan. Tatapannya sungguh tidak enak. Ayah perlu peluk an dan ciuman dari putri cantiknya ini.

"Jangan lari. Nanti kau jatuh"

"Hehehe..Aku sayang ayah" Aku mencium pipinya

"Athanasia.. siapa pria sialan yang berdiri di sana?"

Dia masih marah dengan Lucas.

"Maafkan keterlambatan kami Paduka. Istriku masih kelelahan setelah semalam kami..."

Si Gila ini. Aku berlari segera menutup mulutnya. "Jangan macam macam!!"

"Cepat duduk!"

Lucas hanya tersenyum ke arah Claude. Aku bisa membaca pikirannya 'Dia milikku juga sekarang'

"Apa ayah tidur nyenyak semalam?"

"Tidak"

"Kenapa? Apa ayah masih bekerja semalaman tadi? Ayah harus mulai membagi tugas denganku dan Lucas. Aku tidak mau Ayah kelelahan"

"Athanasia.. Itu wajar terjadi pada para ayah di malam pertama putrinya. Ini makan dulu"

Lucas mulai menyuapiku. Dia kira aku bayi? Tapi anehnya aku tidak bisa menolak. Dia menyuapiku sepanjang sarapan.

'Bocah tengik ini. Harusnya kusingkirkan dari 8 tahun yang lalu.'

Claude masih mengeluarkan aura membunuh sampai kami selesai sarapan. Oh Tuhan. Mulai saat ini sarapanku tidak akan tenang.

"Ayah.. sampai bertemu saat minum teh" Aku berpamitan dan segera menyeret Lucas keluar ruangan. Aku tidak tahan dengan adu pandang mereka.

"Lucas, mengertilah..Ayah masih tidak suka melihat putrinya menikah. Bisakah kamu tidak menggoda aku di depan ayah?" Saat ini kami dalam perjalanan kembali ke istanaku.

"Ayahmu itu harus beradaptasi dengan status baru putrinya. Kamu istriku sekarang. Aku ingin memanjakan istriku yang cantik. Tidak boleh?"

Apa apaan itu. Puppy eyes??

"Hentikan itu.. Kamu tahu kelemahanku"

Dia tertawa dan segera menarikku me pelukannya. Di sekitar kami masih ada Lily dan Felix beserta para dayang.

"Kami pamit dulu Yang Mulia" Lily segera menggiring Felix dan para dayang menjauh.

"Lily pintar. Ayahmu perlu mencontoh Lily. "

Aku hanya bisa menghela napas.

"Lucas, aku ingin jalan jalan di taman sebelum kembali ke istana"

"Jangan. Ayo kita berkencan"

"Kemana?"

Cahaya putih mengitari kami. Kami berpindah tempat dalam beberapa detik.

________













Eternal Life Season 1 (Who Made Me A Princess Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang