- One Rabbit. Two Bear. Three Dragon (Part 1) -

3.3K 281 47
                                    

Acara lainnya yang ditunggu dari hari internasional adalah kompetisi berburu.
Hutan di luar kota Kekaisaran dipenuhi dengan tenda berbagai warna. Bendera Kerajaan dari seluruh dunia tampak berkibar di atasnya. Orang orang tampak berseliweran membawa peralatan berburu mereka masing masing sambil berbincang. Mereka kebanyakan membicarakan hewan apa yang mereka incar tahun ini.

Aku duduk di tenda paling besar bersama para wanita bangsawan dan anak anak.

"Kakek beluang cangat tampan~Papa beluang cangat kuat~♬♩♪♩ ♩♪♩♬" 

Aku memperhatikan putriku yang tampak sibuk membereskan tas ransel hiunya sambil bersenandung. Beberapa panah mainan tampak menonjol keluar dari tasnya.

"Kamu sedang apa Atheia?"

"Lagi belesin bekal. Athe mau ikut Papa dan Kakek cali beluang!"

Putriku tidak tau jika hanya anak sepuluh tahun ke atas yang diperbolehkan ikut berburu. Berburu kelinci, bukan beruang seperti kata Atheia.

"Tidak sayang. Kamu tidak akan kemana mana. Duduk disini dengan mama." Aku mengambil tas hiu miliknya dan memberikannya pada Seth.

"Aaa!! Tas Athe!! Kembalikan tas Athe!"

"Atheia, kamu gak boleh ikut berburu."

"Kenapa?? Athe kan bisa tangkep beluang! Naga juga bica!!" Atheia berteriak keras sambil bergelantung di tas hiu yang dipegang Seth.

"Itu berbahaya Atheia, selain ada hewan buas nanti akan ada banyak anak panah tajam berseliweran. Tidak ada yang ingin melihat anak kecil sepertimu berlarian di dalam hutan. Apalagi kamu kadang mirip kucing hutan. Ah mama kasihan sama orang yang gak sengaja menembakan panahnya ke kamu."

Sudah pasti orang itu akan mati di tempat terkena sihir perlindungan yang dibuat Lucas dan Claude. Padahal dia tidak sengaja.

"Uuuh. Gak mau tau!! Pokoknya Athe mau ikut tangkep beluang!!! Tangkep beluang!! Gak cama Papa juga gak apa apa! Athe mau ikut cama Chuo dan Kak Feliz!!"

Atheia mulai meronta ronta di lantai sambil mengamuk. Aku menghela nafas lelah melihat Atheia yang jadi sering mengamuk di depan umum. Beberapa orang mulai memperhatikan kami. Gadis lima tahun dan beruang sungguh bukan perpaduan yang cocok di masa ini.

"Athe ndut! Tangkep beluang kan cuma buat olang dewasa!" Loki, yang duduk bersama Helena ikut berteriak.

"Putli Atheia, ayo belmain dengan kami. Gak ucah tangkep beluang." Kembarannya menambahkan. Tangannya melambai lambai memanggil Atheia. Bagus Aristo! Ajak anak nakal ini bermain bersama kalian!

Atheia melihat sekilas ke arah Aristo yang menunjuk nunjuk bola biru yang dipegangnya lalu berkata dengan tegas,

"Gak mau! Athe gak suka main bola cama kalian bocah bocah!! Tangkep beluang!!" Dia melanjutkan acara guling gulingnya di atas karpet tenda.

Kamu juga bocah! Aku bangkit dari tempat duduk dengan agak susah payah.

"Atheia, kamu gak malu diliatin sama Selenia dan Theo? Lihat mereka memperhatikan kamu daritadi."

Atheia bereaksi setelah aku menyebut nama putri keluarga Duke Ernst dan Theodore, putra Jennette. Dia berhenti meronta ronta tidak jelas dan berdiri seolah tidak ada yang terjadi sebelumnya. Matanya lalu beralih melihat ke arah Selenia yang sedang berdiri dengan membawa boneka kelinci. Gadis kecil itu sepertinya ingin bermain dengan Atheia tapi terlalu malu untuk mendekati kami.

"Adik Sele dan Theo ileran mau main dengan Kakak Athe? Sini sini! Lihat Kakak punya boneka beluang becal" Atheia mengeluarkan boneka beruang hitam hampir seukuran dengan ukuran aslinya dengan menggunakan sihir. Sama sekali bukan boneka yang akan disukai anak balita normal.

Eternal Life Season 1 (Who Made Me A Princess Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang