"Jangan menanyakan hal tidak berguna seperti itu Athanasia."
Aku sudah menyangka dia akan menjawab seperti itu. Jawaban lain selain itu mungkin hanya angan anganku semata. Ayah selama ini tidak pernah lagi melirik satu pun wanita yang muncul di hadapannya setelah Ibu tiada. Seluruh hatinya telah menjadi milik Ibuku, dan Ibuku sudah membawa hati Ayah pergi bersamanya ketika dia pergi meninggalkan kami.
Tapi sebagai anak, aku juga ingin Ayah tidak kesepian. Hidup ratusan tahun bukanlah waktu yang sebentar. Dia memang punya aku, Atheia dan Felix yang akan menemaninya menuju hari tuanya yang masih sangat lama. Tapi kami mungkin tidak bisa terus bersamanya setiap saat. Akan ada saat saat dimana kami tidak ada untuknya saat dia membutuhkan kami.
"Maaf aku menanyakan pertanyaan bodoh itu Ayah." Aku tersenyum ke arahnya yang kembali termenung. Kuharap dia memikirkan kembali soal ini.
"Mama!!! Iat iat Athe punya apa"
*Wriggle* *Wriggle*
"Gyaaaaa!!! Cepat buang Athe! Itu jijik sayang."
Atheia membawa cacing di tangannya. Sepertinya mereka sudah menemukan makanan untuk anak anak burung itu.
"Kyahaha mama tacut yhaa?" Dia malah semakin mendekatkan cacing itu padaku. Tidak mendengar teriakanku yang mulai histeris. Dimana Lucas saat ini? Tolong kendalikan anakmu ini.
"Lucy buang.."
Dia ada di belakang Atheia, sudah siap menangkap kucing kecil nakal ini.
"Atheia. Cepat buang."
Sebelum Lucas bisa menangkap Atheia, Ayahku sudah meraih tangan kecil milik putriku dan membantuku menghilangkan cacing di tangan Atheia. Dia tampaknya masih mengingat betapa bencinya aku melihat makhluk bertentakel yang bergerak menggeliat di hadapanku saat umurku 14 tahun.
Atheia yang kehilangan cacingnya menjadi cemberut. Tidak menyangka kakek tersayangnya akan membuang mainan barunya.
"Itu jijik Atheia. Kakek janji akan memberikan boneka cacing untukmu sebagai gantinya."
Ugh. Aku akan pastikan boneka cacing itu terkubur di ruang bawah tanah.
Atheia yang mendengar janji kakeknya kembali menunjukan deretan gigi susunya. Dia melompat bahagia ke pelukan Ayahku yang kupikir sedang melindungiku.
Aku Putri Athanasia. Saat ini sudah menjadi Putri No 2 dalam hati Kaisar Obelia. Hiks
Aku berdiri dan berjalan menuju Lucas yang terlambat menangkap putri kecil kami. Kemesraan kakek dan cucu perempuannya itu membuatku cemburu.
"Kenapa?"
Aku memeluk pinggangnya, minta dihibur.
"Elus kepalaku. Jiwaku sedang terluka."
Dia melakukan apa yang kusuruh walaupun masih tidak mengerti kenapa jiwaku terluka.
_______
Perjalanan kami berlanjut setelah makan siang singkat itu. Kali ini kami sudah memasuki area hutan. Kudengar di dekat sini ada air terjun yang sangat indah. Helena yang sudah pernah kesana mengatakan tempat itu terasa ajaib.
Tidak ingin melewatkan kesempatan, kami berhenti untuk melihat air terjun itu.
Di sepanjang jalan menuju air terjun itu Atheia menemukan banyak binatang yang dia kenali dari buku cerita.
"Mama!! Kak Pheii Ada upai!!" Dia berlari mengejar tupai yang segera meloncat ke atas pohon setelah menyadari ada kucing kecil yang mengejarnya.
"Ah tupainya naik ke pohon Athe" Felicia yang mengikuti Atheia melihat ke atas, ada rumah tupai di atas pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Life Season 1 (Who Made Me A Princess Fanfiction)
FanfictionDi usiaku yang ke-26 akhirnya Claude mau melepaskanku menikah dengan pria yang kucintai. Hari hariku kini semakin berwarna dengan keluarga kecilku. Suami tampan yang senang menggodaku. Putri kecil yang sangat mirip dengan ayahnya. Ayah yang semaki...