"Jadi namanya..."
Kedua pria itu sudah siap mendengar pengumuman dariku."Akan kuumumkan saat sudah 7 bulan hehehe. Saat ini panggil saja aegi " Aku tersenyum sambil mengelus perutku.
"Kenapa kalian berdua memandangiku seperti itu?"
'Kami hanya berharap kemampuanmu memberi nama sudah meningkat' Mereka berdua sama sama menghela nafas. Saat seperti ini entah mengapa mereka kompak.
"Apa rencanamu hari ini Athanasia?" Claude bertanya padaku sebelum kami meninggalkan ruang makan.
"Helena mengajakku melihat lihat toko pakaian bayi yang baru dibuka di dekat alun alun. Apa aku boleh pergi Ayah? Lily akan pergi bersama kami."
Aku sudah meminta ijin pada Lucas, sekarang giliran benteng pertahanan nomor 2.Claude melirik Lucas yang ada di belakangku. "Dia mengijinkanmu?"
"Aku mengijinkannya. Dia perlu bertemu temannya dan berjalan jalan di luar." Lucas menjawab pertanyaan Ayah padaku.
Claude hanya bisa mengerutkan alisnya. "Baiklah.. Kamu boleh pergi. Bawa Felix dan beberapa pengawal bersama kalian." Ayah, jangan mengerutkan alis terlalu sering. Itu bisa menyebabkan kerutan di wajah tampan ayah.
"Terima kasih, Ayah." Aku berjalan ke arah Claude dan mencium pipinya.
Kami berdua meninggalkan Ayah yang masih duduk di ruang makan.
"Felix, kau benar soal takdir yang sepi sebagai orang tua. Sekarang gadis kecil itu sudah akan menjadi Ibu."
"Paduka, Tuan Putri akan selalu bersama Anda sampai kapan pun. Anda tenang saja. " Felix berusaha menenangkan Claude.
"Ya. Asalkan bocah tengik itu berhenti memonopoli putri kecilku."
'Ah dingin sekali disini' Felix menggigil di musim panas.
___________
"Kudengar kau akan punya anak." Pria itu berdiri di luar jendela menara hitam Lucas.
Lucas yang sedang ada di menara hitamnya terusik dengan kehadiran pria itu. Carax, pria sinting itu tiba tiba muncul lagi di hadapan Lucas. 8 tahun yang lalu, Claude mengirimnya ke penjara. Namun sebulan yang lalu, dia tiba tiba menghilang. Lucas dan Claude tidak memberitahu Athanasia, mereka takut Athanasia menjadi khawatir.
"Kau berani sekali kemari." Tangan Lucas sudah bersiap akan mencengkram leher Carax. Carax segera mundur dari jendela dan pindah ke pohon di luar menara.
"Aku hanya ingin memberimu hadiah ucapan selamat. Kau tau, sebagai temanmu satu satunya dari masa lalu."
"Aku tidak butuh hadiahmu"
*Blarrrr*
Pohon yang diinjak oleh Carax sekarang sudah tumbang. Terkena sihir petir Lucas dari langit. Kepulan asap muncul dari pohon tumbang itu. Menutupi Carax yang sudah melayang di udara.
"Wow. inikah sikapmu pada teman lama yang sudah lama tidak kau temui? Dingin sekali"
Carax tersenyum mengerikan ke arah Lucas yang sudah berdiri di atas menara. Bersiap menyerang Carax dari atas. "Kau akan berakhir hari ini"
Cahaya putih mulai muncul dari tangan Lucas.Carax terkekeh mendengar ucapan Lucas. "Kau yang seperti sekarang tidak akan bisa membunuh. Hatimu tidak sebeku dulu lagi."
"Siapa yang akan membunuhmu?" Lucas berpindah tepat di hadapan Carax, mencengkram lehernya dan mendorongnya ke bawah. Tubuh Carax terhempas ke tanah.
Lucas berlutut di samping Carax, tangannya masih mencekik leher Carax. "Aku menemukan cara yang lebih baik untuk menyiksamu. Membunuhmu hanya akan membuatmu bahagia Tuan 'bangkit dari kubur'. Kau akan merasakannya segera." Suara dingin Lucas menggema di telinga Carax. Lucas melepaskan cengkramannya, berdiri dan menginjak dada Carax.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Life Season 1 (Who Made Me A Princess Fanfiction)
Fiksi PenggemarDi usiaku yang ke-26 akhirnya Claude mau melepaskanku menikah dengan pria yang kucintai. Hari hariku kini semakin berwarna dengan keluarga kecilku. Suami tampan yang senang menggodaku. Putri kecil yang sangat mirip dengan ayahnya. Ayah yang semaki...