Di hari minggu yang cerah, Putri Atheia duduk di depan cermin meja rias mamanya. Putri kecil itu melihat dengan seksama setiap sudut wajahnya yang sudah dia dandani dengan perlengkapan rias mamanya. Setelah merasa puas dia menghadap cermin dan mulai memanggil peri yang tinggal di dalam cermin.
"Millol milol (mirror mirror) ciapa yang paling cantik di celuluh jagad layaaa~?"
Atheia melirik centil ke arah cermin dan mengerlipkan bulu matanya yang lentik. Bibirnya sengaja dia maju majukan agar lipstick merah muda yang dia pakai terlihat menonjol.
"Uhu uhu tentu caja Putli Atheia dali Obelia." Dia menjawab sendiri pertanyaannya dengan suara yang didramatisir.
"Heh. Tentu Athe yang paling cantik. Mata bilu cepelti pelmata, rambut hitam halus cepelti sutla, pipi melona cepelti buah pelcik, bibil mungil semungil buah celi. Ah Athe memang lual biaca." Atheia menggelengkan kepalanya setelah merasa takjub dengan kecantikannya sendiri.
Dia memoles lagi pipinya dengan blush on agar semakin terlihat seperti buah persik. Bibir cerinya mulai menggumamkan lagu karangannya yang terbaru.
"Ciapa ini~ Ciapa ini~ Gadis cantik yang duduk di depan kaca? ~ Ah! Itu Putli Atheia! Cucu imut Kaical Claudeee~ Anak kecayangan Putli Athanaciaa dan Tuan Lucasss~ Athe gadis cantik menawan hati~ Papam papam papam ♪"
Atheia berdiri di atas kursi dan mulai memasang pose di depan kaca. "Cempulna"
"Papam papam param param~"
Putri cantik itu bertolak pinggang dan mulai menggoyangkan pinggulnya kesana kemari hingga ikatan pita di gaunnya terlepas. Dia terlihat sangat imut dengan bando bertelinga kucing di kepalanya.
"Atheia. Kamu ada di dalam?" Suara Athanasia terdengar di luar kamar. Langkah kakinya menggema di telinga Atheia.
Atheia menghentikan gerakannya dan langsung membereskan perlengkapan rias mamanya yang berantakan di depan cermin.
"Uh Gawat!! Mama pelut buncit datang!"
Atheia mengambil sembarang kain yang ada di sofa kamar orang tuanya dan menyeka lipstick di bibirnya dengan tergesa gesa. Dia sama sekali tidak melihat kain putih apa yang dia pakai, Atheia menaruhnya kembali ke tempatnya sesaat sebelum pintu kamar dibuka.
"Atheia? Kamu sedang apa di kamar mama?" Athanasia mendekati putrinya dari belakang.
"Hah? Nggak Athe gak ngapa ngapain di kamal mama." Atheia tidak mau membalikan badannya menghadap sang Ibu. Dia berjalan cepat seperti kepiting menuju pintu keluar terdekat.
"Eh kamu mau kemana? Sini temani mama." Tangan Athanasia menjulur untuk menangkap bahu putrinya.
"Maaf Mama! Athe ada banyak Peel! Dadah!!"
Si putri nakal kabur tanpa menunjukan wajah nya pada Sang ibu. Dia berlari kencang di koridor Istana hingga hampir menabrak beberapa dayang.
"Tu.. an Putri?!!" Hannah melonjak kaget melihat wajah Atheia yang berlari melewatinya. "Astaga! Mau kemana Putri Atheia dengan dandanan semeriah itu?" Seth bahkan sampai menjatuhkan keranjang cucian yang dia bawa setelah melihat wajah cantik Putri Atheia.
Atheia berlari hingga sampai di Istana Garnet, tempat tinggal kakeknya tersayang. Sepatu bergambar bebeknya berdecit di Istana Garnet yang hening. Dia berdiri di belakang pilar dan melihat ke kanan dan ke kiri dengan waspada. Padahal di sekitarnya sama sekali tidak ada penjaga ataupun dayang. Hanya dia sendiri di antara pilar pilar Istana.
"Du du du duun~ Hihi Athe mau kagetin Kakek!" Atheia terkekeh membayangkan wajah tampan kakeknya yang terkagum kagum melihat kecantikannya.
...
![](https://img.wattpad.com/cover/228240887-288-k408456.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Life Season 1 (Who Made Me A Princess Fanfiction)
FanfictionDi usiaku yang ke-26 akhirnya Claude mau melepaskanku menikah dengan pria yang kucintai. Hari hariku kini semakin berwarna dengan keluarga kecilku. Suami tampan yang senang menggodaku. Putri kecil yang sangat mirip dengan ayahnya. Ayah yang semaki...