Author's note : Sesuai judulnya, ini pembicaraan para istri. Jadi jangan harapkan pembicaraan yang biasa ;)
Buat yang ga nyaman dengan pembicaraan semacam ini atau masih di bawah umur, bisa diskip chapter ini :)_____
Jika kalian ingat, saat aku berumur 14 tahun Ayah mengundang beberapa anak perempuan untuk menemaniku minum teh dan mengobrol santai. Lebih tepatnya aku mendengarkan mereka bergosip tentang para laki laki tampan di Obelia. Kebiasaan minum teh bersama ini terus berlanjut hingga kami semua menikah dan jadi seorang Ibu.
Kini yang kami bicarakan adalah suami dan anak anak kami."Suamiku sekarang jarang pulang tepat waktu. Haah.. aku jadi tidak tenang."
"Bukankah memang Count sedang sibuk? Kudengar hasil panen di wilayah kekuasaan kalian kurang memuaskan."
"Benar.. tapi.. haaah. Kalian tau, suamiku sekarang mempekerjakan asisten yang cantik dan muda untuk membantu pekerjaannya. Benar benar membuatku tidak tenang."
"Hah? Yang benar saja. Kenapa dia harus mempekerjakan asisten cantik? Apa di Obelia sedang kekurangan cadangan pekerja pria? Hati hati, Silvia. Kita tidak tau wanita itu rubah atau bukan."
Helena terdengar sangat berapi api menanggapi cerita Silvia. Dia memang senang mendengarkan cerita curahan hati para istri bangsawan. Kalau aku, cukup mendengarkan dan memberi komentar jika ditanya.
"Benar.. Aku harusnya langsung protes saat dia bilang pertama kali."
Suara Silvia terdengar sedih.Ya hubungan suami istri memang rumit. Apalagi mengenai kepercayaan di antara keduanya. Aku menyeruput teh lippe sambil mendengar beberapa pendapat dari wanita bangsawan lain. Mereka kebanyakan meminta Silvia berhati hati. Bahkan ada yang mengusulkan untuk mengirim mata mata ke kantor Count.
"Bagaimana menurut Anda, Yang Mulia?
Tak lama Helena bertanya mengenai pendapatku.
Kadang aku jadi seperti hakim yang harus memutuskan apakah para suami mereka bersalah atau tidak."Ah..menurutku tidak adil untuk Count kalau kalian langsung menghakimi keputusannya mempekerjakan asisten wanita. Bisa saja asisten wanita itu punya kemampuan khusus di bidang agricultural. Sebaiknya kamu tanyakan langsung ke suamimu, Silvia. Berpikir dan menduga duga sendiri tidak akan menyelesaikan masalah."
"Tuan Putri memang bijak. Kami sangat mengagumi Anda, Yang Mulia."
"Tidak tidak. Aku hanya memberi saran kecil. Tidak perlu dibesar besarkan."
"Tidak Yang Mulia. Anda memang istri yang patut dikagumi. Kami dengar Tuan Lucas juga cinta mati pada Anda."
Ah. Itu benar. Pria gila itu memang cinta mati padaku seorang.
"Katanya beliau membuat hujan kelopak bunga pada waktu Hari Valentine hanya untuk menyenangkan hati Yang Mulia. Romantis sekali!"
"Benar. Kami dengar juga Tuan Lucas sengaja menangkap seekor Naga untuk diberikan pada Tuan Putri. Hadiahnya benar benar jauh berbeda dengan suami suami kami."
"Aku juga dengar dari wanita bangsawan lain yang datang ke acara observasi orang tua di Akademi Kekaisaran, dia menyaksikan Tuan Lucas masih sempat mencium bibir Yang Mulia sebelum berpisah di depan kelas. Benar benar suami idaman!"
"Lalu.. Maafkan kelancangan saya tapi katanya Tuan Lucas sangat luar biasa di atas tempat tidur. Apa itu benar Yang Mulia?"
Patricia sedikit berbisik di sebelahku. Tapi aku yakin semua wanita yang berkumpul hari ini bisa mendengar pertanyaannya. Mereka semua terlihat melebarkan telinga masing masing untuk mendengar jawabanku.
![](https://img.wattpad.com/cover/228240887-288-k408456.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Life Season 1 (Who Made Me A Princess Fanfiction)
FanfictionDi usiaku yang ke-26 akhirnya Claude mau melepaskanku menikah dengan pria yang kucintai. Hari hariku kini semakin berwarna dengan keluarga kecilku. Suami tampan yang senang menggodaku. Putri kecil yang sangat mirip dengan ayahnya. Ayah yang semaki...