Sebuah panah melaju dengan kencang menuju seekor beruang hitam besar. Panah berwarna merah yang sudah ditempeli dengan obat bius itu melesat mengenai punggung sang beruang hingga beruang itu pingsan. Setelah Athanasia protes mengenai masalah pembunuhan masal hewan liar setiap kali diadakannya acara perburuan, Claude memutuskan untuk mengeluarkan peraturan pelarangan pembunuhan hewan liar untuk keperluan olahraga berburu. Setiap alat yang digunakan untuk berburu tidak boleh sampai melukai ataupun membunuh, mereka hanya boleh membuat mereka lemas dan melepaskannya lagi saat acara sudah selesai.
"Sudah kuduga Tuan Lucas memang hebat dalam segala bidang. Pantas Tuan Putri memilih Anda sebagai pasangannya." Cabel Ernst, yang tidak sengaja bertemu dengan Lucas, bertepuk tangan melihat hasil buruan Lucas. Dua beruang hitam besar yang ukurannya lebih dari yang biasa mereka tangkap.
Lucas sendiri hanya menatap dingin ke arah Cabel. Dia malas bertemu dengan pria yang sangat cerewet satu ini. Setelah memberi perintah kepada para pengawal untuk membawa hasil buruannya, Lucas kembali naik ke atas kuda hitamnya.
"Tuan Ernst, hati hati dengan beruang putih di belakangmu." Lucas menunjuk ke belakang punggung Cabel yang masih bersemangat ingin mengobrol dengan Penyihir Menara Hitam yang tersohor.
"Apa?! Beruang putih?!" Dengan panik Cabel menengok ke belakang.
Tidak ada beruang. Itu hanya Ezekiel dengan kuda putihnya.
"Ezekiel! Aku pikir di Obelia sungguh ada beruang putih seperti di kutub." Cabel bernafas lega mengetahui dirinya tidak jadi diserang beruang kutub. Dia masih utuh dengan senyum lebarnya.
"Cabel, Tuan Lucas." Ezekiel mendekati mereka berdua dan sedikit menunduk pada Lucas.
"Bagaimana hasil buruanmu Ezekiel?"
"Tidak begitu banyak, hanya dua rusa dan satu babi hutan."
"Pfft." Lucas berusaha menyembunyikan tawanya. Meskipun dia tidak menggunakan sihir, dia tetap unggul dari Ezekiel dan itu membuatnya sangat puas.
"Bagaimana denganmu Cabel?" Ezekiel memutuskan tidak memperdulikan reaksi Lucas yang menurutnya sangat kekanak kanakan dan beralih melihat Cabel.
"Seekor merak untuk hadiah Tuan Putri dan kelinci putih besar untuk Selenia." Tanpa rasa takut Cabel menyebutkan orang yang akan menerima hasil buruannya. Dia baru saja mengatakan akan memberikan hasil buruannya untuk istri orang lain.
Sang Suami segera menatap tajam ke arah Cabel yang dengan polosnya masih terkekeh bangga. Sama sekali tidak menyadari aura gelap yang melingkupi Lucas.
"Bodoh." Ezekiel menginjak kaki Cabel dengan kuat hingga pria itu berteriak.
"Ezekiel! Ada apa denganmu?!"
"Aku tau kau ini polos tapi tolong jangan katakan hal bodoh seperti itu disini. Pria disana tidak suka jika miliknya kau usik."
Cabel segera menyadari kecerobohannya. Awalnya dia berencana memberikan meraknya diam diam untuk Athanasia dan membiarkan Athanasia menganggapnya sebagai hadiah dari penggemar rahasia. Namun tampaknya dia tidak akan bisa melaksanakan rencananya.
"Ah! Bu.. Bukan begitu maksud saya, Tuan Lucas. Saya hanya ingin menyampaikan kekaguman saya. Tidak bermaksud buruk. Tentu saya tau Putri Athanasia adalah istri Anda. Saya hanya mengaguminya dari jauh, sebagai teman." Dengan terbata bata, Cabel menjelaskan maksud dari hadiah meraknya.
"Ternyata kau yang selama ini memberikan hadiah burung merak untuk istriku. Sungguh keberanianmu patut diacungi jempol." Lucas tersenyum sambil bertepuk tangan, tapi setiap kata katanya bagai pecahan es tajam yang menusuk ke tubuh Cabel. "Apa Tuan Ernst ingin bertanding lagi melawan saya? Kebetulan sudah lama saya tidak melemaskan otot otot saya di arena."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Life Season 1 (Who Made Me A Princess Fanfiction)
Fiksi PenggemarDi usiaku yang ke-26 akhirnya Claude mau melepaskanku menikah dengan pria yang kucintai. Hari hariku kini semakin berwarna dengan keluarga kecilku. Suami tampan yang senang menggodaku. Putri kecil yang sangat mirip dengan ayahnya. Ayah yang semaki...