- The Little Prince -

6.1K 352 127
                                    

Kandunganku sudah hampir memasuki bulan ke sembilan. Di pertengahan musim panas ini aku harus berlatih pernafasan perut untuk melahirkan. Bidan Istana mengatakan aku harus berlatih setiap hari agar saat persalinan semuanya lancar. Tidak seperti saat melahirkan Atheia dulu.

"Hiii – hiii – huuuh..."

"Ya. Terus begitu Tuan Putri.  Tarik nafas 1-2-3-4 lalu hembuskan. 1-2-3-4. Sekarang ayo mulai lagi." Lilian yang memegang jam saku di tangannya memberikan instruksi agar pernafasanku teratur.

"Hiii – hiii – huuuh..." Aku berusaha mengikuti instruksi Lily.

Ugh. Dengan perut besar seperti ini rasanya suhu udara di ruangan menjadi semakin panas saja. Aku mulai mengeluarkan keringat karena kegerahan. Haruskah aku menggunakan sihir? Tapi Lucas bilang aku sebaiknya tidak menggunakan sihir dulu sampai melahirkan. Dia bilang supaya energiku terkumpul semua saat melahirkan nanti. Suamiku itu khawatir jika aku sampai kehabisan energi dan hampir pingsan seperti waktu melahirkan Atheia.

"Ihii hii uuuu~" Atheia yang berdiri di sebelahku mengikuti aku berlatih pernafasan. Dia menjulurkan kedua tangannya ke depan dada dan sedikit membungkuk, seperti orang tua sedang latihan tai chi. Belajar tai chi darimana dia? Apa Chloris yang mengajarkannya?

"Haaaah.. Bisakah kita berhenti dulu, Lily?" Aku mengipasi wajahku dengan tangan. Mencoba menurunkan suhu tubuhku.

"Hooooo- haaaaah!!"

"Athe, daripada kamu mengikuti mama latihan pernafasan. Lebih baik kamu tolong mama dengan membuat angin dingin dengan sihirmu. Mama kepanasan. Kak Athe mau kan menolong mama?" Aku memohon pada putri kecilku yang sebentar lagi menjadi kakak.

"Hee? Mama kepanasan? Okai! Kakak Athe akan buat luangan inyi jadi dingin! Selahkan cama Athe! Putli Salju dali Obelia!"

Putri Salju? Astaga. Dia kebanyakan membaca buku cerita.

"Hnggg.." Putriku tampak sedang berkonsentrasi mengeluarkan pusaran angin dingin dari tangannya.

"Ayo putri mama pasti bisa! Athe anak Tuan Penyihir Menara Hitam!" Aku berusaha menyemangatinya, tampaknya baru kali ini dia mengeluarkan sihir pendingin.

*Swooooosh!!*

Dalam hitungan detik hembusan angin dingin menerpa wajahku yang tadi sempat kepanasan. Aku jadi dingin, sangat dingin. Tapi ini rasanya wajahku seperti dilempar dengan bola salju besar yang sangat dingin. Gigiku rasanya ngilu dan hidungku sakit.

"A.. Athe.. "

"Gimana mama? Dingin kan?" Atheia membusungkan dadanya dengan bangga dan tersenyum lebar padaku yang sudah menggigil kedinginan.

"Hachooo!!" Aku bersin karena merasakan perbedaan suhu yang terlalu drastis.

"Tuan Putri? Anda baik baik saja? Apa perlu saya bawakan selimut dari dalam kamar?" Lilian yang melihatku kedinginan menjadi panik dan berusaha menghangatkanku dengan menggosokkan kedua tangannya di bahuku.

"Tidak apa apa Lily. Aku baik ba- hachoooh!!"

"Mama?" Ah putriku yang manis, dia terlalu jenius sampai bisa mengeluarkan angin sedingin itu. Aku mengusap kepalanya sambil tersenyum. Ini bukan salah dia, dia hanya berniat menolongku.

*Ctak*

Suara jentikkan jari mengagetkan kami. Setelah merasakan dingin yang luar biasa sekarang ruangan tempat kami berada menjadi sedikit hangat lagi. Terutama di sekitar tubuh dan wajahku yang sempat menjadi dingin.

"Kamu kurang bisa mengontrol besarnya angin, Lucy. Papa sudah bilang jangan membuat semuanya jadi maksimal." Suamiku muncul di belakang sofa dan kedua tangannya berada di samping pipiku. Pantas saja hangat.

Eternal Life Season 1 (Who Made Me A Princess Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang