Awan hitam bergemuruh di atas sebuah pulau terpencil di tengah lautan. Suara petir menyambar terdengar saling bersautan dengan suara ombak yang membentur tebing pulau. Di tengah pulau menjulang tinggi sebuah kawah gunung berapi yang mengeluarkan asap dari lava yang mengalir di dalamnya. Naga berbagai warna tampak terbang berkelompok mengelilingi pulau. Beberapa lainnya sedang beristirahat di atas rerimbunan pohon besar yang hanya tumbuh di pulau tempat mereka bersarang.
Di sisi barat pulau terlihat sebuah gua besar. Dari dalamnya terdengar suara dengkuran keras dari beberapa naga yang sedang tidur.
"Ssstt.."
"Cccttt.. "
Ayah dan anak itu mengendap endap di antara bebatuan besar di sekitar gua. Mereka berpindah dari satu batu ke batu lainnya sambil melihat keadaan. Misi mereka kali ini sangat berbahaya. Satu kesalahan bisa membuat mereka kehilangan kesempatan untuk mendapatkan telur yang mereka inginkan. Bagaimanapun caranya, telur berwarna emas itu harus mereka bawa pulang sebagai oleh oleh.
"Lihat Lucy! Disana target kita." Lucas menaruh teropong mini di depan mata putrinya, lalu mengarahkannya ke tumpukan jerami kering di atas batu yang menyerupai palungan.
"Talget telihat Kapten!" Atheia menjawab Lucas dengan penuh semangat.
"Ssstttt.."
"Ups. Maap Kapten, Luci telalu kelas. " Tangan mungil Atheia segera menutup mulutnya yang mengeluarkan suara cempreng.
Dua orang itu maju perlahan dan semakin dekat dengan mulut gua. Dari luar mereka bisa melihat beberapa ekor naga berjaga di sekitar telur emas mereka.
"Ciaga catu! Ada gelembung belbahaya kelual dali hidung naganya!" Atheia dengan cekatan melaporkan apa yang dia lihat
"Itu hanya gelembung ingusnya Lucy."
"Ingus! Luci juga punya!"
*Srooot*
Atheia menarik ingusnya yang menggenang karena kedinginan. Seekor naga tampak sedikit bergerak setelah mendengar suara cempreng Atheia dan tarikan ingusnya yang terlalu bersemangat.
"Grrrr.." Naga itu menggeram pelan dengan mata masih tertutup.
"Dia belge... Mmph"
Lucas menutup mulut putrinya yang sangat cerewet. Naga bersisik kuning keemasan itu mulai membuka matanya perlahan. Matanya yang berwarna biru menyala melihat ke sekitar gua untuk mencari sumber suara yang didengarnya. Pergerakan satu naga itu ternyata membuat naga lainnya ikut bangun. Kini mereka menjaga telur mereka dengan waspada.
"Dengar Lucy, sekarang para naga itu sudah bangun. Papa akan membawa mereka menjauh dari sini. Nah tugas kamu adalah mengambil telurnya dengan jaring sihir ini. Ingat jangan terlalu kasar!" Lucas menyerahkan jaring sihir yang bisa membantu Atheia menarik telur besar itu.
"Ciap Kapten!" Atheia menjawab dengan lantang sambil memberi hormat. "Luci pasti bisa dapat telulnya!"
Volume suara si putri kecil memang sulit dikecilkan. Para naga itu sekarang sudah melihat ke arah mereka.
"Ah halo! Sudah lama tidak berjumpa. Bagaimana kabar kalian?"
Seperti teman lama, Lucas menanyakan kabar para naga itu dengan amat sangat santai. Para naga menghembuskan nafas mereka secara bersamaan hingga membuat tubuh kecil Atheia terhuyung ke belakang.
"Uhh.. Napasnya bauuu!!"
"Bersembunyi di belakang batu, Lucy."
Lucas membuka jubahnya lebar lebar untuk menyembunyikan Atheia yang sudah berlari ke batu di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Life Season 1 (Who Made Me A Princess Fanfiction)
ФанфикDi usiaku yang ke-26 akhirnya Claude mau melepaskanku menikah dengan pria yang kucintai. Hari hariku kini semakin berwarna dengan keluarga kecilku. Suami tampan yang senang menggodaku. Putri kecil yang sangat mirip dengan ayahnya. Ayah yang semaki...