Sinar mentari yang baru terbit di ufuk timur menyinari lapangan tempat latihan pagi itu. Rambut pirang Claude tampak berkilauan ditimpa sinar matahari. Dia selalu datang sangat pagi untuk latihan sendirian di tempat latihan agar tidak ada seorang pun yang tau. Sang Kaisar membersihkan pedang besar miliknya hingga bisa memantulkan cahaya.
Suara langkah kaki terdengar mendekati Claude dari belakang. Aura dingin langsung terpancar dari punggungnya. Dia tau persis langkah kaki arogan siapa yang datang.
"Kenapa kau datang sendiri? Mana Athanasia?"
"Dia masih perlu tidur. Semalam dia tidur terlalu larut."
Mendengar perkataan Lucas membuat Claude mengarahkan pedang yang baru dibersihkannya itu ke leher tunangan putrinya.
"Kalian tidur bersama??"
"Benar. Kami tidur di satu tempat tidur dengan pakaian lengkap."
Lucas menjawab Claude dengan tenang. Dia tidak mau berbohong. Dia tidak melihat keuntungan dari mengatakan kebohongan pada Kaisar satu ini.
"Aku akan langsung menebas kepalamu jika sampai putriku hamil sebelum kalian menikah."
"Tenanglah. Putrimu masih sangat suci sampai sekarang. Berterima kasihlah karena aku yang menjadi tunangan putrimu yang nakal."
Claude ingin marah tapi entah kenapa kata kata penyihir tengik ini terdengar meyakinkan. Manusia biasa tidak akan mampu menahan hasratnya melihat Putri Athanasia yang sangat cantik setiap malam. Untunglah Lucas memutuskan untuk bertunangan dengan Athanasia sebelum lebih banyak hama berkeliaran di sekitar putrinya yang semakin lama semakin terlihat seperti Ibunya.
Siapa yang berani mendekati tunangan Tuan Penyihir Menara Hitam?
Claude menurunkan pedangnya dari leher Lucas setelah menyadari keuntungan mempunyai calon menantu seperti si gila.
"Apa sekarang Kaisar ingin mengujiku langsung dengan pertarungan fisik?"
Lucas sudah siap jika harus mengayun pedang melawan Sang Kaisar. Dia sudah menyiapkan strategi agar tidak melukai Claude sekaligus terhindar dari serangan.
"....."
Claude mengangkat tangan kanannya dan membuat sedikit gerakan di udara.
Tanah di sekitar mereka bergoncang cukup keras dan membuat sebuah retakan panjang di tengah arena latihan."Apa yang sedang kau perbuat??"
Lucas melompat menjauhi retakan tanah yang semakin lebar. Dia mengambang di udara sambil melihat apa yang dilakukan Claude di pinggir lapangan.
Sihir Claude mengangkat naik arena baru di tengah lapangan. Suara gemuruh terdengar dari dalam perut bumi. Tembok tembok batu berwarna hitam naik ke permukaan tanah dan membentuk sebuah pola jalan berliku. Tembok berliku itu memanjang hingga menggerus setengah hutan yang menuju ke arah Istana Topaz dan Menara Sihir. Claude tidak main main hari ini.
"Hah. Kau menaikan level permainan rupanya. Aku cukup terkesan, Paduka. Sudah kukira sihirmu jauh lebih kuat dari si bodoh Aethernitas."
Para ksatria langsung terbangun begitu merasakan getaran di bawah tempat tidur mereka.
"Apa ini?? Gempa bumi??"
"Cepat keluar!"
Mereka berbondong bondong keluar dari barak tempat mereka tinggal. Piyama berwarna warni tampak tidak sempat mereka ganti.
"Tembok besar apa itu disana??"
Tembok batu yang muncul tiba tiba terlihat dari kejauhan. Awan hitam tampak menaungi di atasnya, sangat kontras dengan langit pagi yang cerah di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Life Season 1 (Who Made Me A Princess Fanfiction)
FanficDi usiaku yang ke-26 akhirnya Claude mau melepaskanku menikah dengan pria yang kucintai. Hari hariku kini semakin berwarna dengan keluarga kecilku. Suami tampan yang senang menggodaku. Putri kecil yang sangat mirip dengan ayahnya. Ayah yang semaki...