- One Rabbit. Two Bear. Three Dragon (Part 3) -

3.3K 279 113
                                    

Setelah dimarahi oleh papanya, Atheia jadi terlihat murung dan meringkuk di ujung sofa. Awan hitam seolah menaungi di atas kepalanya. Samar samar masih bisa kudengar isakan dan gumamannya.

"Papa malah cama Athe. Papa pasti benci cama Athe."

Putri kecilku tampaknya sangat shock dimarahi oleh Papanya yang biasanya tidak pernah marah. Efeknya jauh lebih besar dari aku yang sering marah marah padanya. Apa aku terlalu lembut memarahinya?

"Atheia, sini. Tiduran di dekat mama." Aku memanggil Atheia dan menepuk nepuk tempat kosong di sebelahku.

Tapi putri kecilku hanya menggeleng lemah dan kembali meringkuk.

"Putli Athe kenapa?" Aristo mendekati Atheia dengan penasaran.

Uh. Lebih baik jangan bertanya Aristo. Bocah laki laki itu naik ke sofa dan duduk di sebelah Atheia sambil menepuk nepuk punggung gadis kecilku. Entah kenapa saat aku melihat Aristo aku jadi teringat dengan Ezekiel.

"Uh.. Uh..Athe.." Atheia yang ditanya jadi kembali terisak dan matanya kembali berkaca kaca. "Papa..Athe..Uaaaaa"

Benar kan. Dia pasti menangis lagi kalau ditanya.

"Athe pasti ab-"

"Diam bocah nakal!" Helena menutup mulut Loki yang sepertinya sangat gatal ingin mengolok olok Atheia.

"Sini Atheia. Jangan menangis terus." Aku mendekati Atheia dan memeluknya. Uh putri kecilku sayang. Kenapa kamu begitu nakal sampai membuat papamu marah. "Cup cup.."

"Athe nakal, jadi papa pasti benci cama Athe . Ya kan mama?" Putriku terus berpikir Lucas membencinya. Padahal tidak mungkin papanya itu membenci Atheia, aku berani menjamin Lucas tidak akan pernah membenci putrinya sendiri.

"Athe lucu dan cantik begini, tidak mungkin papa benci sama Athe. Papa hanya tidak suka Athe berteriak teriak dan merengek terus menerus. Dengar Atheia, di dunia ini selalu ada yang dibolehkan dan yang tidak. Tidak semuanya bisa mengikuti kemauan kamu. Kenapa coba papa dan mama melarang kamu ikut berburu?" Aku mengelus kepalanya dan bertanya dengan pelan pelan. Dia masih lima tahun, aku tidak berharap dia bisa cepat mengerti seperti orang dewasa. Bahkan orang dewasa pun kadang tidak mengerti dengan peraturan.

"Karena Athe masih kecil? Athe belum bica naik kuda? Athe belum bica pakai busur sepelti Chuo dan Kak Phei?"

"Ya benar. Tapi bukan cuma karena itu. Papa dan mama tau kamu kuat dan bisa melakukan semuanya dengan cara menjentikan jari, tapi kamu tetaplah putri kami yang masih berumur lima tahun. Ada banyak hal yang belum kamu mengerti. Papa dan mama tidak mau kamu menggunakan kekuatanmu sembarangan dan bertindak ceroboh. Kalau kamu terluka bagaimana? Lalu kalau ada orang lain yang terluka karena kamu bagaimana?"

Atheia terdiam mendengarkan perkataanku. Kuharap dia bisa menangkap apa maksudku.

"Papa dan mama sayang sekali dengan Athe. Kami marah untuk kebaikan kamu juga. Kami tidak ingin sampai kamu terluka ataupun terlibat masalah."

"Jadi papa gak benci cama Athe?"

"Tidak sayang. Kamu boleh tanya papa nanti. Mama yakin papa sudah tidak marah saat kembali nanti. Lalu jangan lupa minta maaf pada Papa."

Atheia mengangguk pelan dan berhenti menangis. Dia anak yang pintar, dia pasti bisa menangkap maksudku. Aku tersenyum dan kembali mengelus kepalanya.

"Kakak.. "

Suara pelan seorang gadis kecil terdengar dari samping kami. Gadis itu tampak malu malu meraih gaun Atheia.

"Pelmen. 'ngan (jangan) nangis agi"

Eternal Life Season 1 (Who Made Me A Princess Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang