32 "Pergi"

9.2K 656 34
                                    

Happy reading💞
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°

Bugh

Tak terhitung lagi pukulan itu dilayangan diwajah nya, Gibran kembali bangkit untuk menatap papa mertuanya. Sekarang iya tengah berada dirumah mertuanya. Menceritakan bahwa Alina hilang sejak kemarin dan belum ditemukam sampai saat ini, Alya yg mendengar itu sontak syok iya sempat terjatuh dan pelukan sang suami.

Mendengar bahwa putri kesayangannya hilang dan belum ditemukan, Arya iya sangat marah plus kecewa pada Gibran karna tidak memberitahu nya sejak awal.

Arya ingin memberikan satu pukulan lagi diwajah Gibran, namun segera ditahan oleh Alya.

"Udah.. pa, ini semua bukan salah Gibran. Ini musibah!" Ucap Alya berusaha menenangkan sang suami yg terlihat marah.

"Gimanah bisa Alina hilang? Kamu becus tidak jadi suami?" Sentak Arya iya menunjuk Gibran yg terlihat menunduk dengan wajah yg dipenuhi oleh luka.

"Maaf pa" ucap Gibran pelan.

Arya menghempaskan tubuhnya disofa iya memijat pangkal hidung nya, iya sangat takut terjadi apa apa pada putri nya, saat mendengar putri nya itu hilang.

"Kamu sudah melapor kepada polisi?" Tanya Arya, Gibran mengangguk.

"Sudah pah" Arya mengangguk iya segera pergi dari hadapan Gibran, sedangkan Alya iya menghampiri menantunya itu.

Menuntun Gibran untuk duduk disofa  sampingnya.

"Sinih, mama obatin luka kamu!" Ucap Alya iya ingin beranjak mengambil kotak P3k, namun segera ditahan oleh Gibran.

"Ga usah ma, Gibran bisa obatin sendiri kok luka nya!" Ujar Gibran pelan.

"Engga Bran, gimanah pun juga luka kamu harus diobatin nanti infeksi loh!" Alya segera beranjak pergi untuk mengambil kotak P3k dan kembali keruang tamu untuk menemui menantunya.

Alya  segera mengobati luka Gibran, Gibran sama sekali tidak meringis kesakitan. Iya memang tidak merasakan apa apa saat obat merah itu menyentuh lukanya, yg ada iya sangat kehilangan dan merindukan sosok istrinya.

"Lo dimana Al? Gw kangen" batin Gibran, Gibran berjanji pada dirinya  sendiri saat Alina  sudah ditemukan iya tidak akan mengganggu Alina, iya janji akan mengalah pada gadis itu, iya juga  berjanji akan bersikap baik dan tidak menyebalkan lagi.

Iya juga janji akan mengambil baju dengan hati hati agar tak berantakan, iya berjanji akan tidur tepat waktu dan tidak menghabiskan waktu tidurnya hanya untuk bermain game. Iya berjanji dan berjanji,  iya ingin Alina segera ditemukan. Bersama nya lagi seperti kemarin kemarin.

"Maafin Gibran ya ma, Gibran ga bisa jagain Alina dengan baik" ucap Gibran.

Alya meggeleng, "engga Bran, ini bukan salah kamu. Mama yg harus nya minta maaf, maaf kalau papa udah pukul kamu sampai luka ginih"

"Gibran emang pantes dapet pukulan itu ma" kata Gibran pelan.

***

Gibran berjalan menuju ruang Apartemennya dengan langkah lesu, iya baru saja sampai. Tiba tiba saja ponsel nya berdering dengan cepat iya mengambil ponsel tersebut dan mengangkat panggilan dari mama mertuanya yaitu Alya.

"Halo ma"

"Halo Gibran, hiks Alina"

"Alina kenapa ma?"

"Alina ditemukan meninggal, kamu cepetan kesinih ya!"

Tubun Gibran menegang kaki nya tiba tiba lemas, Gibran menggeleng kuat pasti ini mimpi kan pasti ini hanya ilusi kan. Dengan langkah lebarnya Gibran langsung berjalan menuju rumah sakit yg tadi diberi tahu oleh Alya.

Diperjalanan Gibran mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi hingga membuat pengendara lain menegurnya, namun Gibran tidak peduli yg iya pikirkan hanya lah Alina itu saja.

Gibran sampai dirumah sakit iya segera masuk kedalam mencari ruangan yg diberi tahu oleh suster, dada nya semakin sesak kala Arya baru saja keluar dari ruangan jenazah. Sambil merangkul Alya yg tak henti henti nya menangis.

Gibran berjalan dengan gontai iya memegang knop pintu dan membukanya, menghampiri salah satu brankar yg disanah sudah ada orang yg ditutupi dengan kain berwarna putih.

Dengan tangan gemetar Gibran membuka kain yg menutupi wajah tersebut, saat dibuka iya dapat melihat wajah Alina yg pucat dengan mata yg tertutup rapat.

Gibran menggeleng kuat ini pasti bukan Alina, iya ini pasti bukan Alina. Alina tidak mungkin meninggalkannya kan?

Gibran memeluk tubuh kaku tersebut, menangkup wajah nya dan mencium setiap inci wajah tersebut, iya menangis tak percaya jika Alina akan berakhir seperti ini.

"Al, Al bangun! Jangan tinggalin gw Al. Gw butuh lo, bangun Al!" Ucap Gibran terisak.

"Bangun gw mohon sama lo, bangun Al gw butuh lo. Jangan tinggalin gw sendirian!" Isak nya lagi.

Gibran masih memeluk erat tubuh Alina yg terasa dingin, beginihkah takdirnya harus kehilangan sosok yg iya sayang? Kenapa tuhan selalu mengambil orang orang yg iya sayangi. Pertama bintang, dan sekarang Alina? Cukup, iya tidak sanggup lagi menerimannya.

"Gw mohon, Bangun!"

Sekarang tidak akan lagi ada pertengakaran diantara mereka, tidak akan ada lagi adu mulut yg tak ada habisnya, dan sekarang tidak akan ada lagi omelan ataupun panggilan dugong lagi dari nya. Gibran menangis iya tidak mau kehilangan Alina, Alina sudah masuk kedalam hidupnya terlalu dalam iya sangat berarti bagi dirinya.

Dan secepat itukah tuhan mengambil nya?

"Semoga tenang disanah. I love you" ucap Gibran iya mencium tepat di bibir Alina, yg sudah pucat.

***

28-12-2020

Salam sayang
Tri rahayu febriyanti😙❤

Pernikahan muda [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang