34 "Rumah sakit?"

10K 687 8
                                    

Happy reading💞
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°

Pagi yg cerah matahari bersinar cukup terang, seorang laki laki masih terlelap dibalik selimut nya yg tebal. Iya sama sekali tak terusik akan suara ponsel nya yg berdering. Sudah beberapa kali ponsel nya berdering namun tak kunjung membuat nya bangun.

Gibran menggeliat kecil iya mengerjam kan matanya menyesuaikan cahaya yg masuk, Gibran yg mendengar ponsel nya berdering langsung mengambilnya. Ternyata nomor telpon yg tidak dikenal itu sudah menelponnya.

Sudah ada 23 panggilan tak terjawab dari nomor tersebut, Gibran pun dengan cepat mengnelpon balik nomor tersebut. Namun tidak aktif. Tak menyerah Gibran pun kembali menelpon dan berhasil tersambung.

"Halo Al, Alina ini lo kan?"

"Maaf, saya dari pihak rumah sakit citra medika. Apa benar anda suami dari pasien kami Alina letisya?"

"Ya benar saya suaminya, bagaimana bisa istri saya dirumah sakit?"

"Masalah nya panjang, saya menyarankan anda segera kerumah sakit karna pasien membutuhan anda"

"Iya, saya akan kesanah sekarang"

Gibran mematikan panggilan iya segera beranjak dari tempat tidur, mencuci muka tanpa mandi iya sangat senang mendengar Alina sudah ditemukan. Namun iya sedikit khawatir kenapa Alina sampai masuk kerumah sakit? Apakah penculiknya melukai dirinya.

Gibran langsung beranjak pergi dari Apartemen nya iya mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan, iya sudah tidak sabar menemui Alina. Iya rindu gadis itu, semoga saja Alina dalam kondisi baik baik saja.

Saat sampai dirumah sakit Gibran langsung masuk kedalam, bertanya pada suster dimana Alina berada. Setelah mengetahui dimana Alina iya segera menuju keruangan yg diberi tahu oleh sang suster.

Gibran membuka knop pintu ruangan dimana Alina berada, iya menatap seorang perempuan yg masih tertidur dengan lelap diatas brankar. Gibran segera menghampiri Alina.

Iya dapat melihat banyak sekali luka diwajah Alina, memar merah kebiru biruan itu sukses membuat amarah didiri Gibran. Ingin rasanya iya menghabisi orng yg berani memukul istrinya ini.

Gibran duduk dikursi samping Alina iya menggenggam tangan Alina yg dingin, iya rindu sangat rindu. Iya juga senang Alina sudah ditemukan, saking senang nya iya sampai meneteskan air mata.

Gibran berdiri mengecup kening Alina lama, iya memandangai wajah Alina yg masih terlelap.

"Gw kangen lo Al" ucap Gibran pelan.

Iya mengusap lembut rambut Alina, satu suster masuk kedalam ruangan. Gibran menoleh pada sang suster yg menghampiri nya.

"Kenapa istri saya bisa masuk rumah sakit sus?" Tanya Gibran.

"Saya tidak tau, warga yg membawa nya kesinih. Kata nya mereka menemukan pasien disebuah jurang dikawasan bogor. Pasien sempat dirawat dirumah sakit yg berada dibogor, namun karna rumah sakit tersebut tidak bisa menangani. Maka warga membawa nya kesinih!" Jelas sang suster.

Gibran sedikit tersentak bogor? Jurang? Gibran sesak mendengarnya iya tidak tega betapa takut nya Alina disanah sendirian.

"Makasih sus, sudah memberi tahu saya"

"Sama sama" setelah itu sang suster pergi meninggalkan ruangan. Gibran melirik kearah Alina yg masih terlelap.

"Maaf.. maaf gw ga bisa jagain lo dengan baik Al!" Ucap Gibran lirih.

***

Alina perlahan lahan membuka mata nya menyesuaikan cahaya yg masuk, Alina merasa pusing luar biasa dikepalanya. Ingatannya berputar pada malam itu yg mengerikan, Alina melirik kearah samping iya dapat menemukan Gibran tertidur.

Satu cairan benih jatuh dari mata nya, iya merasa malu pada dirinya sendiri iya sudah kotor. Alina tidak tau apa yg akan dikatakan oleh Gibran kala tau jika dirinya kotor.

Gibran yg mendengar suara isakan, mengerjap iya melihat Alina yg sudah sadar.

"Al? Hei kenapa nangis?" Gibran berdiri dan mendekap tubuh Alina yg bergetar, iya mengusap lembut punggung Alina mencoba menenangkan gadis itu yg masih terisak.

"Sstt... jangan nangis gw ga suka lo nangis!" Gibran melepaskan pelukannya iya menangkup wajah Alina, iya mengusap air mata Alina dengan lembut. Mengecup kedua mata Alina dengan lembut.

"Bran.."

"Iya, kenapa Al?" Gibran masih menangkup wajah Alina, iya sedang mengusap sudut bibir Alina yg memar.

"Sakit?" Alina mengeleng.

"Maaf... gw ga bisa jagain lo!" Ucap Gibran lirih.

Alina mengeleng.

"Gw kangen lo Bran!" Kata Alina iya kembali terisak, Gibran yg melihat itu langsung memeluk tubuh Alina erat menyalurkan rasa rindu pada gadis didepannya ini.

"Gw juga kangen sama lo Al"

***

29-12-2020

Salam sayang
Tri rahayu febriyanti😙❤

Pernikahan muda [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang