Pagi ini. Arin sudah disibukan dengan bolu coklat buatan ibunya yang rencananya akan dia jual di sekolah nanti, tak perduli dengan cibiran atau hinaan yang akan datang kepadanya nanti. Yang terpenting sekarang dia bisa membantu keuangan keluarganya.
"Kamu seriusan mau jualan kak?" tanya Ningsih yang datang setelah memandikan adik Arin.
"Iya bu, gak papa kan yang penting halal." Ningsih tersenyum mendengar penuturan Arin lalu mengelus kepala Arin lembut.
"Yakin? nanti kamu dibully lagi." tanya Ningsih khawatir.
Arin mengangguk meyakinkan ibunya, "gak papa bu, lagian Arin juga udah biasa diomongin."
Arin memang sangat terbuka masalah kehidupan dengan kedua orang tuanya, termasuk pengalamannya di sekolah dan juga masalah dia menyukai Bian pun dia ceritakan.
"Udah nih, Arin berangkat dulu ya Bu." Arin menyalimi tangan Ningsih lalu memakai tasnya dan membawa box kecil berisi bolu itu.
"Ehh... Nih buat jajan sekali kali di kantin kamu." tahan Ningsih dan memberikan Arin uang.
"Bu, ini banyak banget."
"Udah gak papa, kamu berangkat naik ojek aja. Udah sana!" Ningsih sedikit mendorong punggung Arin keluar.
"Assalamualaikum.." pamit Arin.
"Waalaikumsalam."
.....
Tanpa menghiraukan hinaan dan bisikan bisikan tak enak dari beberapa siswi sekolahnya, Arin melangkahkan kakinya santai membawa box yang rencananya akan dia jual di koridor kelasnya. Karena kalau di koridor depan, jujur Arin belum seberani itu.
"Kalian mau temenin aku gak?" tanyanya pada Bela dan Kavi yang menatap penasaran box nya.
"Kemana?"
"Jual ini.." Arin mengangkat box nya lalu berjalan diikuti Kavi dan Bela di belakangnya.
"Waww boluu" ucap Kavi.
"Lo jual ini?, nih biar gue teriakin. Kan suara lo kek semut." Arin mengerucutkan bibirnya, namun tak urung tersenyum saat beberapa orang disitu mulai mendekat ke arahnya karena mendengar teriakan Bela.
Wihh bolu..
Wenak nih..
Mau dong
Berapaan...
Arin dengan tersenyum melayani satu persatu siswa maupun siswi yang membeli bolu buatan ibunya,
"Nih.." seorang siswi menyodorkan uang 100 ribu nya dan mengambil 2 bolu dan langsung memakannya di depan Arin.
"Tapi gak ada kembaliannya." ucap Arin sedih.
"Gak papa buat lo, sedekah." balas siswi itu lalu beranjak dari situ.
"MAKASIHH.." teriak Arin yang diacungi jempol.
"Enak nih, lain kali lo jual lagi!" ucap Isma salah satu teman sekelasnya.
"Beneran Is?, yaudah deh besok besok aku bawa lagi." ucap Arin antusias.
"Ini gimana uangnya kebanyakan banget, pada gak mau kembalian."
"Lo gak tau?, disini murid sultan semua pasti gak ada yang punya duit receh." ujar Bela yang diangguki Kavi.
"Wihh, APA NIH RAME RAME?!" teriak Chesil sang queen bullying SMA Kalingga.
"Lo yang jualan bolu?" Arin yang ditunjuk Chesil pun mengangguk cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIAN
Teen FictionAlbian Athalla Brawijaya, cowok dengan sejuta pesonanya yang dapat memikat kaum hawa. Berperan juga sebagai ketua geng motor terbesar. Kebengisannya dalam membantai semua musuh musuhnya membuatnya semakin di segani. Tapi siapa yang menyangka, di bal...