Tepat pukul 4 dini hari tangan Radya mulai bergerak diikuti mata yang perlahan mulai terbuka lagi, retinanya mengerjab menyesuaikan cahaya lampu di matanya. Sesaat dia merasakan sakit yang ada di tubuhnya, apalagi pusing di kepalanya membuatnya ingin menutup mata kembali.
Setelah mengumpulkan semua nyawanya, Radya mengedarkan pandangannya ke ruangan mewah yang dia tempati, ada Bian dkk yang sedang tidur di lantai ada juga papanya yang meringkuk si sofa.
Radya sedikit tersenyum, beruntungnya dia di kelilingi orang baik. Bahkan sekarang dia ingin tertawa saat melihat Ansel menendang bokong Artha tanpa sadar.
Namun pandangannya teralih pada seorang suster yang membuka pintunya dengan sangat pelan, suster itu sedikit terkejut ketika menyadari bahwa dia sudah sadar.
"Ehh udah bangun?" bisik suster itu.
Radya tersenyum tipis lalu mengangguk, "saya periksa dulu ya."
Dia hanya menurut dan sedikit meringis ketika suster itu menyentuh perban di kepalanya, "badannya sakit semua ya?"
Radya mengangguk jujur,
"Sabar ya, ntar abis sarapan pagi minum obatnya supaya cepet sembuh." ujar suster itu dengan nada ke ibuan yang seketika membuat hati Radya berdesir.
"Kenapa?, sakit banget ya."
Radya menggeleng lalu melebarkan tangannya, "boleh gak aku peluk suster?"
Suster itu tersenyum lalu mengangguk mulai memeluk tubuh dengan pelan tak ingin menyakiti gadis ini.
Tanpa sadar Lingga sudah bangun dan melihat ini semua, dia menunduk sedih. "Seandainya kamu masih disini Nad.." gumamnya lirih.
Namun Lingga segera menepuk wajahnya agar segar kembali dan bangkit mendekati putrinya yang sedang berdiam mendengar nasehat suster itu.
"Ehh, selamat pagi bapak." sapa suster itu yang di balas senyuman oleh Lingga.
Lingga beralih menatap Radya lalu mencium kening Radya lama, "sukses kamu bikin papa khawatir!"
Radya tertawa pelan, "maaf ya pa, kan jarang juga."
Lingga tertawa lalu memeluk tubuh ringkih putrinya itu dengan lembut, karena dia tadi mendengar keluhan putrinya yang mengatakan seluruh badannya sakit.
"Tumben papa pulang?"
"Anaknya sakit kok, ya pulang lah."
"Kan biasanya enggak."
Lingga terdiam lalu tersenyum canggung, "papa hari ini mau berangkat ke Malang." ujarnya setelah itu.
Radya mencebik, "kan, apa Rara bilang."
"Cuma dua hari kok, ntar juga abangmu pulang dan kerja di sini."
Radya melotot, "yang bener?"
Lingga tertawa kecil lalu mengelus rambut Radya, "iya, biar kalian makin lengket."
Radya menerbitkan senyumnya membuat Lingga tertular juga, "ya udah sana papa pergi aja."
Lingga menggelengkan kepalanya, "kamu ngusir papa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIAN
Teen FictionAlbian Athalla Brawijaya, cowok dengan sejuta pesonanya yang dapat memikat kaum hawa. Berperan juga sebagai ketua geng motor terbesar. Kebengisannya dalam membantai semua musuh musuhnya membuatnya semakin di segani. Tapi siapa yang menyangka, di bal...