62

6.6K 402 143
                                    

Cahaya matahari pagi menembus gorden di kamar yang ditiduri Arin dan Alan semalam, Arin mengerjabkan matanya pelan saat silau matahari langsung mengenai wajahnya.


Sesaat dia terdiam menyadari dia tak ada di kamarnya, dia menoleh ke samping kiri ada Alan yang tertidur tanpa sehelai benang pun hanya tertutup selimut sampai perut.

Cewek itu seketika meneguk ludahnya takut, dia melirik ke dirinya sendiri yang tak mengenakan apapun juga, seketika kejadian semalam berputar di otaknya.

Dimana dia meminta Alan untuk, ahh itu. Arin mengusap wajahnya kasar lalu meringis menahan sakit di selangkangannya. Napasnya memburu semua pikiran buruk hadir di otaknya.

Air matanya tak bisa dia tahan, Arin sudah rusak. Tak suci lagi. "Ya Allah maafin Arin" bisiknya pelan sambil memejamkan matanya.

"hiks...hiks...hiks.."

Ia menutupi mulutnya yang terisak dengan kedua tangannya, kemudian  menoleh ke Alan yang masih tertidur pulas. Tidak!. Dia tak menyalahkan Alan semua ini terjadi diluar kendali mereka.

Setelah meminum jus jeruk itu, dia langsung merasakan panas di semua bagian tubuhnya begitu juga dengan Alan. Dan mereka melakukan itu tadi malam.

Seketika pemikiran buruk hinggap di otak Arin, bagaimana jika sampai Arin hamil. Dan siapa yang menjebak mereka tadi malam?. Kenapa bisa dia terjebak hingga melakukan ini?.

Arin menggelengkan kepalanya frustasi lalu menarik selimut yang ada noda darahnya untuk menutupi tubuhnya yang terasa sangat sakit.

Tangis Arin semakin keras ketika mengingat nasib keluarganya yang sangat mengharapkan dia sukses kedepannya, sementara saat ini dia gagal menjaga kesuciannya.

Alan yang mendengar samar samar suara tangisan dari Arin pun segera terbagun, tak kalah kaget dengan Arin Ia segara menutupi tubuhnya dengan selimut yang sama.

"Rin..." panggil Alan pelan.

Arin menoleh dengan mata sembab dan wajah memerahnya, "kak-"

Alan segera merengkuh tubuh Arin erat, "sorry harusnya gue tahan semalem."

Arin menggeleng, "ini bukan salah kakak, pasti ada yang jebak kita."

"Kalau ada apa apa gue bakal tanggung jawab, gue janji!"

Tangis Arin semakin deras lalu dia menatap Alan sendu, "kak gimana nanti kalau Arin hamil?!"

Alan menggeleng tak tau, "gue bakal tanggung jawab, jangan jauh dari gue!,"

"Kak... gimana masa depan Arin?, pasti bapak sama ibu kecewa sama Arin."

"Arin udah janji mau banggain mereka kak, hiks... Semua hancur kak."

Alan memejamkan matanya sesaat, rasa bersalahnya semakin membesar. "Maaf...maaf..maaf.."

Arin memukuli dada Alan pelan, tangisan nya semakin deras membuat hati Alan semakin teriris. Sebenarnya ini bukan salah mereka berdua namun rasa sakit hati Arin tak bisa berbohong.

Alan memegang bahu Arin dan menatap Arin dalam, "satu hal yang harus lo tau, gue bukan cowok yang lari dari tanggung jawab."

"Jangan sekali kali lo berpikir buat jauhin gue!"

ALBIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang