66

7.3K 466 134
                                    


Seorang cewek yang sedang mondar mandir di kamar mandi itu menautkan jarinya gugup, sembari mengatur napasnya yang masih memburu dan sesekali mengusap air matanya.

Dalam benaknya hanya satu.

Siapa yang menyebarkan ini semua?.

Arin mengepalkan tangannya, tentu saja Radya memang siapa lagi yang mengetahui ini selain Radya.

Sungguh dia bersumpah akan menghancurkan hidup cewek itu sebelum hidupnya kembali di hancurkan oleh Radya, lagi.

Cewek itu mematut bayangannya di cermin kamar mandi, dia menangis. Rambutnya basah dan lengket, bajunya sudah kotor dan beberapa bagian tubuhnya sakit karena terkena lemparan tadi.

BRAK....

Arin melompat kaget lalu melangkah mundur melihat pintu kamar mandi yang di tendang kencang dari luar dan nampaklah wajah Artha yang biasanya datar namun saat ini di selimuti oleh amarah.

Tentu saja Arin takut, tubuh cewek itu sekarang sudah bergetar kakinya berjalan mundur saat Artha perlahan mendekat ke arahnya. Sungguh dia menyesal melakukan ini semua. Dia bahkan menyesali telah mengenal orang orang ini.

Dia mengambil ancang-ancang untuk berlari namun terlambat, Artha terlalu pintar mengetahui gerak gerik orang. Cowok itu mencengkram kencang lengannya hingga membuat Arin meringis kesakitan.

Cowok itu tersenyum keji, "WELCOME TO HELL!!" teriaknya yang membuat Arin memejamkan matanya.

"Setelah ini lo gak akan pernah merasakan kebahagiaan." bisik Artha tajam tepat di telinga cewek itu.

Artha merogoh ponselnya untuk mengabari para sahabatnya jika dia sudah menemukan apa yang mereka cari, setelah semua temannya membalas dan menentukan tempat dimana mereka akan menghabisi cewek ini.

Ia segera menarik kencang tangan Arin hingga cewek itu tersandung sandung oleh kakinya sendiri, lagi lagi Arin hanya pasrah ingin melawan pun tak bisa karena yang dia hadapi saat ini bukan sembarang orang.

"Mau kemana kak?!" tanya Arin memberanikan diri.

Wilayah ini bahkan belum pernah dia tau di sekolah, sangat sepi dan gelap membuatnya takut bagaimana jika sesuatu terjadi padanya. Walau itu sudah sangat pasti.

Artha tak menjawab tapi tetap menarik tangan Arin menuju ruangan rahasia yang hanya mereka yang tau, yaitu wilayah gudang yang jarang dijamah oleh orang kecuali para Gators.

Cowok itu membuka pintu kayu yang sudah lapuk perlahan lalu menutupnya lagi agar tak ada orang yang tau, setelah itu dia melempar tubuh Arin hingga cewek itu jatuh tersungkur di lantai kasar ruangan itu.

Arin meringis, dia bangkit lalu melotot melihat sepasang sepatu yang berada tepat di depan matanya susah payah dia menelan salivanya. Cewek itu bangun lalu terduduk melihat para inti Gators sudah mengepungnya.

Dia kembali meringis merasakan tarikan pada rambutnya, Arin mendongak melihat Ansel yang melakukan itu.

"Dasar gak tau diri!" desis cowok itu tajam membuat Arin kembali meneguk ludah karena sebelumnya dia tak pernah melihat Ansel se marah ini.

"Ampun kak ampun." lirih Arin menatap semua inti Gators.

Mereka semua tak memperdulikan ucapan itu, tarikan Ansel malah semakin kencang membuat Arin merintih kesakitan.

"Kalau bukan cewek udah gue abisin lo!," ujar Rian sambil menginjak jemari Arin hingga cewek itu berteriak kesakitan.

Dia menatap Bian yang tengah tersenyum miring, seolah meminta pertolongan. Sepertinya Arin lupa cowok itu lah yang akan menjadi malaikat mautnya.

ALBIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang