Cuaca siang ini begitu panas, meminum minuman dingin di temani camilan itu pasti terasa sangat nikmat. Seperti hal nya para inti Gators yang saat ini memilih membolos di Warsih bersama beberapa anggotanya.
Entah apa yang ada dipikiran mereka padahal satu bulan lagi akan di laksanakan ujian nasional untuk kelulusan tapi mereka masih santai membolos, tak mengerjakan tugas, bahkan jika masuk kelas pun hanya tidur.
Mungkin jika Radya apalagi Khalisa tau mereka hari ini membolos kedua cewek itu akan marah, inti Gators tak pernah takut dengan apapun kecuali dengan omelan dua gadis cantik itu.
"Jangan ada yang cepu sama Radya apalagi Khalisa ya." wanti wanti Ansel menatap para anggota yang asik menyesap rokok dan mengopi ria.
"Santai aja bang, aman."
Cowok itu mengangguk lalu mencomot gorengan yang masih hangat, lalu bergabung lagi ke meja sahabatnya dan ada Alan juga. Cowok itu sekarang terlihat amat lesu.
"Jadi gimana bro?" tanya Rian menatap Alan prihatin.
Cowok itu mendongak sambil menyesap nikotinnya, "gimana apanya?" tanya balik.
"Hidup lo?"
Alan menghela napas berat, tentu saja semua terasa sangat berat dia sekarang menghidupi satu orang lain di hidupnya dan orang itu adalah istrinya sendiri belum lagi anaknya yang masih ada di dalam perut.
"Gak tau ah, puyeng." jawab Alan lalu menjatuhkan kepalanya di meja itu.
"Kerja aja di kantor om Lingga kayaknya lagi butuh karyawan baru, lo kan pinter komputer." saran Desta sambil menepuk nepuk bahu Alan.
"Di kantor gue juga gak papa, ntar gue mau ke kantor lo ikut aja." sahut Bian yang langsung membuat Alan mendongak.
Terlihat binar di mata cowok itu, gaji office boy di kantor Bian saja sudah berjuta juta. "Kerja apa?."
"Bikinin kopi."
Mendengar itu sontak Rian, Ansel dan Desta tertawa kencang sedangkan wajah Alan sudah masam menatap Bian dengan tampang tengilnya. Yakali orang ganteng kerjanya bikinin kopi.
"Udah ngikut aja, bawel!." timpal Artha sambil menyesap kopi hitam pesanannya.
"Lo tahan lama gak ya sama dia?." tanya Rian ambigu.
Alan mengerutkan keningnya, "dia siapa?."
"Bini lo lah."
Ahh Alan lupa, sudah hampir tiga hari ini dia sudah berubah status dari perjaka menjadi suami orang. Kadang masih seperti mimpi berumah tangga dengan Arin.
Dulu memang dia sudah merencanakan hal ini, namun seiringnya waktu Alan menjadi sadar jika sifat Arin semakin aneh. Dulunya dia jatuh cinta dengan sifat manis dan polos cewek itu namun sekarang berubah.
Arin yang jahat, yang rela melakukan apapun demi kemauan sendiri dan yang sangat egois. Alan menyadari itu rasanya sudah perlahan luntur saat mengetahui bahwa Arin yang menyebabkan Radya kecelakaan dulu.
Namun bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur, mungkin Alan akan mempertahankan rumah tangga ini atau lebih memilih menyerah nantinya. Entahlah sesuai skenario Tuhan saja.
"Ya mau gimana lagi..." jawab Alan pasrah.
"Gue gak sukanya dia terlalu egois, kemaren aja dia maksa buat gugurin janinnya demi bisa dia kejar impiannya. Dikira gue gak punya impian apa?!," ungkap Alan mengungkapkan seluruh emosinya.
"Gue bener bener capek dah sama dia."
"Yakan kabur aja gue bilang." ujar Ansel sambil merangkul bahu Alan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIAN
Teen FictionAlbian Athalla Brawijaya, cowok dengan sejuta pesonanya yang dapat memikat kaum hawa. Berperan juga sebagai ketua geng motor terbesar. Kebengisannya dalam membantai semua musuh musuhnya membuatnya semakin di segani. Tapi siapa yang menyangka, di bal...