29

9.9K 514 17
                                    

Malam ini tak sedikit anggota gators yang sedang menghabiskan waktu di markas mereka. Seperti halnya Bian dkk, tak lupa pula Radya dan Khalisa yang ada juga berada disana. Sesuai rencana mereka sore tadi.


"Lo kok gak ngajak Arin sih?" celetuk Ansel menatap Bian.

Bian menoleh tak perduli, "buat apa?"

"Goblok hahah.." tawa Rian menggema membuat Radya mendekat ke arahnya dan ikut tertawa.

"Apa?" tanya Artha.

"Kepo!" jawab Radya menjulurkan lidahnya.

Ansel yang penasaran pun mendekat ke arah mereka, ikut melihat salah satu video lucu yang diunggah di aplikasi yang tengah booming di kalangan remaja yaitu Instagram, Ansel yang dasarnya receh pun tertawa terbahak memukuli bahu Rian.

"Anjing sakit tod!"

Radya yang melihat itu pun tertular tertawa karena tawa Ansel yang khas, "receh banget dah humornya."

Rian menetralkan tawanya lalu menunjuk ke Artha yang masih berwajah datar, "noh, baru dollar humornya." celetuknya.

Dia beralih menoleh pada Khalisa yang juga memainkan ponsel dan bersandar pada bahu Desta seperti biasanya, "nempel mulu kek lego."

Khalisa menatap Rian tak bersahabat, "iri bilang bawahan!"

"Dih siapa yang iri?!"

"Sirik tanda tak mampu!"

Rian memutar bola matanya malas,  memilih tak perduli dengan spesies perempuan seperti Khalisa yang selalu ingin menang. Sedangkan Radya, menoleh pada Bian yang diam menatap ponselnya. Ia bergerak mendekati Bian dan duduk di sampingnya dengan tenang.

Tangannya merebut ponsel Bian lalu menekan nomer baru yang menspam Bian tanpa henti, tentunya itu Arin. Segera Radya menamai nama kontak itu dan menelfon Arin menggunakan ponsel Bian, di sebrang sana Arin menutup mulutnya tak percaya. Dia meloncat loncat kesenangan lalu dengan tak santai mengangkat panggilan itu.

"Woy.."

Senyum lebar Arin perlahan memudarkan, mendengar suara perempuan di ujung sana di lengkapi dengan suara grusak grusuk, tentu dia mengenali itu adalah suara Radya.

"Ehh iya kak kenapa?"

"Lo siap siap sekarang, bentar lagi Bian jemput lo!"

"Kemana kak?"

"Markas, udah buruan sana!"

Dahi Arin mengerut binggung, markas?

"Markas apa kak"

"Markas Gators woy, ya Allah tololnya."

Bibir Arin mengerucut, namun tak urung tersenyum sumringah lalu mengangguk walau Radya tak bisa melihat.

"Iya kak Arin siap siap sekarang."

"Hmm ini Bian mau otw"

Tut..Tut..

Arin segera melompat dari tidurannya dan mengambil bajunya yang paling bagus lalu menggantinya dengan cepat.

"Ibu... Ibu.. bapak..??" teriak Arin pada orang tuanya yang sedang menonton tv.

"Kenapa?. kamu mau kemana?,"  tanya Ningsih melihat Arin yang sudah rapi.

Arin tersenyum malu, "mau pergi sama kak Bian, boleh kan?"

Ningsih tersenyum menggoda lalu mengangguk, lalu Arin menatap Yanto yang juga mengangguk.

"Tapi pulang jangan malem malem, bawa kunci juga!"

ALBIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang