82

5.5K 420 35
                                    

Mendengar itu sontak Radya semakin kesal, cewek itu mencengkram kertas yang dia pegang hingga membentuk bulatan lalu membuangnya ke sembarang arah.

"Sekali aja papa gak bisa dateng?!." tanya Radya sekali lagi.

"Gak bisa ya nak, minta tolong aja sama bunda ya." jawab Lingga sambil tersenyum manis ke arah Radya.

Cewek itu menghela napas berat lalu membuang mukanya, "papa juga gak mau lihat nilai Rara?!."

"Papa udah tau pasti bagus kan, papa percaya kok. Kamu bilang aja mau apa, ntar papa beliin."

Radya tak menyerah dia berjalan mendekati Lingga lalu memegang tangan lelaki paruh baya itu, "dateng pa, Rara mohon. Rara pengen papa yang dateng."

"Papa gak bisa Ra, ngertiin papa dong." jawab Lingga sambil memijat pelipisnya.

Terlihat mata gadis itu berkaca kaca, "aku banyak kali ngertiin papa, kapan papa bisa ngertiin aku?!." telak Radya yang membuat Lingga terdiam kaku.

"Papah gak anggep Rara anak lagi ya?." terdengar nada yang amat pedih dari gadis itu membuat Lingga menahan napasnya sejenak.

"Kamu ngomong apa sih Ra?!, Mana mungkin. di dunia ini yang papa punya kan cuma kamu." balas Lingga berdiri lalu duduk di samping putrinya.

"Bohong!!, Papa cuma mikirin uang dan karir papa aja." ujar Radya menahan air matanya yang sudah siap meluncur dari tempatnya.

"Enggak gitu-,"

"PAPA GAK PERNAH BISA HARGAIN PENCAPAIAN RARA, YANG PAPA PIKIRIN CUMA UANG UANG UANG KERJA DOANG!!." teriak Radya sudah tak bisa lagi menahan air matanya.

"Emang gak bisa buat hadir satu jam aja ke acara sekolah?!, Atau emang papa gak mau?!."

"Sayang ngertiin papa, ini rapat besar kamu gak boleh egosi."

"PAPA YANG EGOIS!!."

"Aku selalu ngalah kan, aku tetep diem papa gak pulang berbulan bulan tapi kali ini aku mohon pa. Papa dateng ke acara itu, sekali aja."

Lingga memegang kepalanya frustasi, "maaf sayang papa gak bisa, kamu ngerti ya."

"Papa anggep Rara anak gak sih?!." tanya Radya bergetar.

"Kenapa papa selalu mau jauh sama Rara?, Kenapa?. Rara ada salah ya?."

"Papa benci sama Rara ya, sampai papa gak tahan sehari pun kalau bareng sama Rara."

"Bukan gitu sayang." jawab Lingga sambil mendekat ke Radya.

Namun gadis itu mundur tak mau di dekati oleh Lingga, "RARA BENCI SAMA PAPA!,"

"KALAU MAU PERGI, PERGI AJA SANA!. KALAU PERLU GAK USAH PULANG LAGIAN RARA GAK BUTUH PAPA LAGI!!." teriak Radya lalu berlari keluar dari kamar Lingga meninggalkan lelaki paruh baya itu dalam keterdiaman dan rasa bersalah yang amat besar.

Brak..

Radya membanting pintu kamarnya dengan kencang, tubuhnya meluruh di balik pintu itu terdengar isakan pilu dari bibir gadis itu walau tak terlalu terdengar jelas.

Benar kan yang dia bilang tempo hari..

RADYA TAK PUNYA KELUARGA!!

Ia bangkit melangkah menuju kamar mandi untuk menukar seragamnya dengan baju tidur pendek tanpa mandi, dia ingin segera pergi dan menumpahkan keluh kesahnya pada satu bahu yang untungnya masih dia punya.

Setelah itu Radya pun langsung keluar dari kamarnya lalu berlari keluar rumah tak peduli dengan apapun yang terpenting saat ini adalah, dia membutuhkan Albian.

ALBIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang