"Jadi udah damai?," tanya Khalisa sekali lagi, yang tak percaya dengan cerita Ansel.
Mereka kompak mengangguk, "gue awalnya juga gak percaya, tapi ya udah lah."
Radya menyipitkan matanya merasa silau dengan cahaya matahari, dia tersenyum lebar saat Bian duduk di depannya menghalang cahaya matahari itu agar tak mengenainya.
Sederhana tapi ngena wkwk."Heh!, bucin mulu noh liat pacar lo cengo," ujar Khalisa membuat mereka semua menoleh ke pinggir lapangan basket.
Dan benar saja Arin dan kedua temannya sedang berdiri disana, "beraksi!," teriak Ansel.
Bian dengan sengaja mengangkat badan Radya ke pangkuannya dan memeluknya dari belakang, sesekali mencium pipi Radya.
Hak itu yang langsung membuat Arin melangkah pergi dari lapangan itu, "yahh langsung pergi, gak asik dong." sesal Ansel.
"Emang kenapa?," tanya Khalisa.
Ansel menunjukan gigi ratanya, "pengen aja ngeliat dia panas."
Khalisa tertawa, "anjir haha.."
Desta melirik tajam Khalisa yang duduk di sampingnya, setiap tertawa selalu saja memukul pundaknya, "bisa gak kalau ketawa gak usah mukul?!,"
Khalisa mendelik, "gak, gak lengkap rasanya."
"Kurang puas,"
"Lo puas gue tewas,"
Khalisa memutar bola matanya, "yaelah alay amat cuma mukul doang kaga bacok,"
"Kenapa ya cewek kalo ketawa suka mukul, sakit tauk." tutur Rian dramatis.
"Gue gak." balas Radya.
Ansel tertawa pelan, "lo aja tiap ketawa kagak ikhlas."
Radya tersenyum tipis lalu menoleh ke Artha yang sedari tadi diam menatapnya, "kenapa? Kok diem aja."
Artha menggeleng, "gak papa, perasaan gue gak enak aja."
"Yaelah Ra, kayak gak kenal Artha aja."
"Dia mah gitu diem diem ntar lama lama tidur," gurau Ansel yang langsung di tertawakan keras.
"Ehh foto yuk," ajak Khalisa yang langsung diangguki Radya dengan semangat.
"Boomerang Boomerang,"
Khalisa mengangguk lalu memencet logo Boomerang, Radya dan Khalisa kompak mengerucutkan bibirnya dan memiringkan kepalanya.
"Kenapa sih cewek kalau foto gini," ujar Rian lalu memperagakan gerakan Khalisa dan Radya tadi.
"Biarin, sirik aja lo!."
Rian mencebik, "diem gue diem, salah teros."
"Emang wle," ejek Khalisa.
Ansel memilih diam dan menutupi kakinya dengan sarung yang dibawa Desta entah untuk apa, "lo kenapa bawa sarung dah?,"
Desta menoleh lalu tersenyum konyol, "gak tau iseng doang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIAN
Teen FictionAlbian Athalla Brawijaya, cowok dengan sejuta pesonanya yang dapat memikat kaum hawa. Berperan juga sebagai ketua geng motor terbesar. Kebengisannya dalam membantai semua musuh musuhnya membuatnya semakin di segani. Tapi siapa yang menyangka, di bal...