Semua siswa dan siswi SMA Kalingga mulai keluar dari kelasnya masing masing karena bel pulang yang ditunggu tunggu sudah berbunyi. Sama dengan Arin dkk yang mulai mengemasi semua barangnya dan bergegas pulang.
"Yukk!" ajak Kavi setelah selesai membereskan tasnya.
"Kalian duluan aja, aku mau ke loker dulu ngambil buku." ucap Arin
"Gak mau kita temenin? ntar lo nyasar lagi." tawar Bela.
"Gak usah, aku dah hafal kok," tolak Arin tak ingin merepotkan.
"Yaudah deh kita duluan ya."
Saat Bela dan Kavi mulai menjauh dari pandangan Arin, dia segera melangkah menuju lokernya untuk mengambil beberapa buku paket. Kebetulan sekali, dia melihat Radya juga sedang di tempat itu. Lebih tepatnya loker Radya tepat berhadapan dengan miliknya.
Arin memberanikan dirinya untuk menyapa Radya, "h-haii kak.." sapanya gemetaran.
Radya hanya mengangguk tanpa menoleh, melihat itu Arin dengan cepat mengambil bukunya sesekali menoleh pada Radya yang memasukan sesuatu ke dalam plastik berwarna hijau.
Gadis cantik itu menoleh ke Arin yang menatap ke arahnya, dan Arin pun segera mengalihkan pandangannya gugup. Dia mengalihkan pandangannya ke plastik hijau berisi banyak coklat itu, Arin meneguk ludahnya dia sangat suka coklat.
Radya mengetahui Arin memandang coklat coklat yang mungkin pemberian pangemarnya, inisiatif dia bertanya. "Lo mau?"
"Ehhh..." Arin salah tingkah menyadari tingkah tak sopannya lalu Arin menggelengkan kepalanya pelan.
"Kalo mau gak papa buat lo aja, gue gak suka." ujar Radya.
Arin yang tadinya menunduk pun menatap Radya heran. mengapa ada orang yang tidak menyukai makanan manis itu?, " kalau lo gak mau gue buang." ucap Radya lagi melihat Arin diam kaku.
"Ehh...saya mau kak." seru Arin saat Radya ingin melemparkan coklat itu ke tempat sampah.
"Yaudah nih dari tadi kek." Radya menyodorkan plastik itu diterima antusias oleh Arin.
'kapan lagi dapet coklat gratis' batinnya.
"Siapa nama lo?" mata Radya menyipit membaca name tag di dada kanan Arin.
"Arinjani kak, Arin."
"Ahh ya, lo kalo mau coklat lagi minta aja ke gue disini!" ujar Radya
"Yuk..lo mau cabut kan?"
Arin mengangguk sambil tersenyum lebar, ternyata Radya tak seburuk yang dia pikirkan dia mengira bahwa Radya juga akan memandangnya rendah seperti orang lain.
Tapi sejak tadi Radya hanya memandang biasa padanya sama seperti kedua sahabatnya, 'aku harus bisa deketin kak Radya nih' ucap Arin dalam hati. Dengan bibir yang mengulas senyum miring.
Arin menatap Radya yang berjalan menghampiri Bian dan seorang perempuan cantik. Arin mengerutkan keningnya melihat Radya yang terlihat beradu mulut dengan perempuan itu.
"Nabila... Nabila.. gak ada bosen bosennya lo gangguin Bian?" ucap Radya jengah melihat seorang perempuan yang selalu ingin mencari perhatian Bian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIAN
Teen FictionAlbian Athalla Brawijaya, cowok dengan sejuta pesonanya yang dapat memikat kaum hawa. Berperan juga sebagai ketua geng motor terbesar. Kebengisannya dalam membantai semua musuh musuhnya membuatnya semakin di segani. Tapi siapa yang menyangka, di bal...