Senin, hari yang paling dibenci oleh sebagian siswa apalagi kelas XII IPA 1. Hari ini sudah berpanas panasan untuk upacara bendera, belum lagi amanat dari kepala sekolah yang tak ada ujungnya, dan sekarang mereka dihadapkan dengan ulangan matematika dadakan.
Kurang mantep apa tuh.
Tak jarang siswa maupun siswi mengeluh secara terang terangan, berbeda dengan Radya yang membaca materi milik Khalisa, tak masuk beberapa hari kemarin membuatnya ketinggalan beberapa materi yang akan di ujikan hari ini.
"Catetan lo gak lengkap njir!" umpat Radya menatap kesal Khalisa yang cengengesan.
"Orang biasanya juga kaga nyatet."
"Gimana nih? lo sih." tuduh Radya kepada Khalisa yang menatap datar.
"Gak tau diri!"
"DIAM DIAM, SEKARANG TUTUP BUKUNYA SIAPKAN SELEMBAR KERTAS!!" titah sang penguasa kelas pagi ini.
Asu emang
Anjritt anjritt demen banget nyiksa
Yang pinter mah enak, lah gue..
"Diam!, ada yang bicara lagi saya tambah soal." bentak guru itu menatap tajam anak didiknya.
Setelah soal di bagikan, suasana ulangan tak jauh dari biasanya. Meski di kenal dengan kelas unggulan tapi mereka tetap melakukan kebiasaan saat ulangan toleh kanan kiri, mencontek, bahkan membuka Google.
Kelas mereka bukan tipe ambis yang rela bersaing demi nilai sempurna dan mengorbankan pertemanan mereka, karena menurut mereka solidaritas lebih penting. kecuali mbak Radya.
Khalisa dengan cepat menyalin jawaban Radya di sampingnya, Khali itu gak pinter pinter amat, gak bodoh juga tapi kalau masalah matematika, BYE!.
"Gak sia sia gue punya temen kek lo." gumam Khalisa menepuk pelan pipi Radya yang tengah berpikir keras.
"Aldo ngapain kamu lempar lempar kertas?!" sentak guru matematika itu menatap tajam Aldo.
"Gak kok Bu, lagi latihan lempar turbo."
"Jangan ngadi ngadi deh!" sahut Khalisa yang langsung disoraki teman sekelasnya.
"Sudah sudah, lanjut kerjakan 10 menit lagi."
Radya menoleh ke arah Hanum yang terlihat mengerjakan dengan tenang, cewek ini ancaman besar bagi Radya karena otaknya yang juga cemerlang. Ia segera mengerjakan satu soal yang menurutnya sangat sulit itu dengan asal, karena waktunya telah habis dan segera mengumpulkan selembar kertas itu dengan raut tenang seperti biasa.
"Saya koreksi dulu kalian pelajari bab ini lagi, kalau ada kesulitan boleh tanya ke saya!"
Tak ada yang menuruti perintah guru itu. Mereka malah lebih memilih mengobrol, memainkan ponsel,atau tidur. Namun tidak dengan Radya yang dengan semangat meminjam catatan milik Hanum yang sangat rinci.
Khalisa hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat Radya yang begitu semangat mempelajari deretan angka yang menurutnya memuakkan, "gini amat punya temen."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIAN
Teen FictionAlbian Athalla Brawijaya, cowok dengan sejuta pesonanya yang dapat memikat kaum hawa. Berperan juga sebagai ketua geng motor terbesar. Kebengisannya dalam membantai semua musuh musuhnya membuatnya semakin di segani. Tapi siapa yang menyangka, di bal...