59

7.8K 439 19
                                    

Tangan Bian dengan telaten mengepang rambut coklat Radya pagi ini, entah kenapa pagi pagi Radya sudah mengunjunginya karena ingin di kepang katanya.

"Kenapa lo pengen kepang rambut?" tanya Bian penasaran.

Radya menggedikkan bahunya, "gak tau pengen aja, gerah."

"Potong rambut aja."

Radya menoleh, "gak mau ntar gue gak cantik lagi."

"Lo cantik,  mau gimana juga"

Radya tersenyum malu, "yang bener?" tanyanya sambil menyikut perut Bian.

Bian mengangguk yakin, "emang dasarnya cakep, mau di apain juga tetep cantik."

Radya tersenyum lalu menutupi pipinya yang memerah, "kenapa gue jadi salting?"

"Lah salting kek perawan aja lo!"

"EMANG ANJIR!"

Bian tertawa keras lalu mengikat kepangan rambut yang sudah jadi itu dan merapikannya lagi, "bagus kan?"

Radya berdiri lalu memperhatikan pantulan wajahnya dari cermin di kamar Bian, "bagus banget gila, kenapa gak jadi cewek aja."

Bian mendorong kening Radya dengan telunjuknya gemas, "enak aja, Ntar gue gak bisa nikahin lo dong."

Radya menunjukan deretan gigi ratanya, "cantik gak?" tanyanya sambil mengedipkan matanya lucu.

"Cantik lah, cantik banget."

Radya tersenyum lebar lalu memeluk lengan Bian erat, "yuk berangkat"

Bian mengangguk lalu mengambil tas hitam yang hanya berisi satu buku tulis, "buset tipis amat kayak dompet anak kos an."

"bukunya cuma satu sama pulpen." balas Bian.

Radya membulatkan matanya, "sebenernya lo niat sekolah gak sih?"

"Sebenernya gak, tapi karena ada lo gue ikut aja." jawabnya enteng.

Radya memutar bola matanya malas, "kalau gini mau jadi apa lo nanti?"

"Kan mau jadi suami lo."

Radya terdiam lalu menoleh ke Erlita yang berlari ke arahnya, "kenapa Bun?"

"Ya ampun anak bunda cakep bener,"

Radya menunduk malu, "ihh bunda."

Erlita tertawa pelan, "wahh bisa pamerin ke temen arisan, kalau bunda punya mantu cakep."

Radya semakin tersipu, wajahnya memanas. "Bunda jangan gitu, Rara malu."

"Bun bagi duit dong, buat beli gorengan."

Erlita yang tadinya tertawa langsung mendelik sinis ke arah Bian yang sedang asik memakan roti berselai coklat, "emang belum di transfer sama ayah?"

Bian menggeleng bohong.

Erlita dengan tak ikhlas mengeluarkan dua lembar uang 100 ribuan dari dalam dompetnya, "itu buat seminggu."

ALBIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang