71

6.9K 453 182
                                    

Markas Gators malam ini terlihat sangat ramai, banyak dari anggota berkumpul disitu mungkin hanya untuk berkumpul dengan teman, berlatih bela diri mereka, atau memilih tidur di markas.

Meskipun akhir akhir ini mereka tak sering menerima penyerangan tapi Bian tetap mewanti wanti pada mereka untuk selalu berjaga jaga dan tetap harus rajin latihan untuk meningkatkan keahlian apalagi bagi anggota yang baru masuk.

Bian dkk juga tengah berkumpul di situ, tak tau sedang membicarakan apa yang jelas Ansel dan Rian tengah mengobrol ria sambil tertawa tawa. Artha cowok itu sedang memainkan game online Bian sedang bersantai sambil menyesap batang rokok.

Desta, cowok itu tengah memainkan ponselnya entah sedang apa mungkin tengah berbalas pesan. Ada Alan juga yang tengah memakan camilan juga minuman bersoda.

"Lo mau nikah sama Arin kapan Lan?!" tanya Rian yang langsung membuat cowok itu tersedak.

uhuk...uhuk...

Artha yang ada di sampingnya pun menepuk nepuk punggung Alan pelan hingga cowok itu kembali tenang, setelah Alan tenang dia menatap Rian horor.

"Gue aja belom bilang sama orang tuanya." jawab cowok itu sambil memakan camilannya lagi.

Dari guratan wajahnya cowok itu terlihat sangatlah lelah, sekarang dia tak pernah meminta uang dari papanya lagi. Mungkin hanya beberapa kerabatnya yang berbelas kasih mengirimkan uang padanya sisanya ya Alan harus bekerja serabutan.

Tak menyangka berbagai masalah akan menghadapinya kali ini, di jebak dan akhirnya dia harus bertanggung jawab atas kehamilan Arin. Alan binggung harus memberi mereka makan apa sedangkan untuknya saja uang itu tak cukup.

"Gue harus kerja dimana ya supaya bisa hidup?." gundah Alan yang menarik atensi mereka.

"Lo kerja aja di perusahaan papa Lingga kayaknya lagi butuh OB." info Bian yang membuat Desta menoleh.

"Tumben biasanya yang ngelamar banyak banget." celetuk Desta.

"Bapak nya si anjing baru di pecat." balas Rian yang tau.

Mereka pun ber oh ria.

Alan pun hanya diam, berusaha tak perduli mereka menyebut Arin seperti apa lagipula memang perbuatan cewek itu salah bahkan sudah melampaui batas dan mereka tak akan memaafkannya.

"Gimana mau kagak?" tanya Bian menatap Alan.

Cowok itu menghela napas, "gak ada ya kerjaan yang gak capek?" terdengar nada keputusasaan dari cowok itu.

"Pesugihan." jawab Artha singkat namun berhasil membuat se isi markas tertawa.

"Atau ngepet." sahut Ansel sambil tertawa pelan.

Alan pun ikut tertawa, "bisa kali." jawabnya yang membuat suasana kembali ricuh.

Saat tengah asik tertawa dan bercanda ponsel Alan tiba tiba bergetar, cowok itu segera merogohnya dan membaca pesan dari Arin.

Arin

Kakak kapan mau ketemu bapak sama ibu, Arin takut mereka tau duluan kak...

Mimik muka Alan pun berubah, dia masih punya tanggungan yang sangat berat. Tak tau harus mengatakan apa pada kedua orang tua Arin yang jelas pasti dia akan dipukuli oleh bapak Arin. Itu sudah jelas walau ini semua di luar kendali mereka.

"Kenapa ya hidup gue sial mulu." celetuk Alan gundah.

Desta segera menoleh, "karena lo deketan sama pembawa sial." jawabnya yang kembali membuat semua tertawa.

ALBIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang