Radya tengah asik memakan camilan yang dibawa Artha barusan, mereka ber enam tengah berada di markas Gators katanya sih pada kangen. Emm minus Khalisa karena cewek itu sedang ada acara dengan keluarga besarnya.
"Anjir gak nyangka pada udah kerja." salut Ansel memandang Bian dan Artha yang sedang bermain ponsel.
"Ya iyalah gak beban macem lo!." sahut Desta pedas.
Rian mendelik, "gue selaku sesama beban keluarga gak terima sih."
"Gue sih bodo amat."
Ansel dan Rian mengusap dadanya sabar, mereka hanya bisa memendam itu dalam hati mengingat bahwa manusia satu ini adalah teman mereka. Dan tak boleh memukul sesama teman.
"Jangan gitu gue juga tersinggung," bela Radya lalu duduk di antara Ansel dan Rian merangkul leher kedua lelaki itu.
"Yuk bikin paguyuban, KBK,"
"Apaan tuh?,"
"Kumpulan beban keluarga."
Radya sontak tertawa keras lalu memukul paha Ansel yang juga tertawa, "bisa kali Sel, lo open bo."
"Kalau gak jualan kopi aja." sahut Rian.
"Astagfirullah sister, still halal. "
"Tapi bisa aja, secara kan lo banyak pengalaman." ujar Desta menimbrung.
Ansel mendatarkan wajahnya lalu melempar bantal sofa dan tepat mengenai wajah Desta, "bangke lo berdua, jalannya sesat."
Radya tertawa lepas, "Khali mana?." tanyanya.
"Pergi sama papinya, dia kan anak papi." jawab Desta.
Radya mengangguk, "cieee mau berduaan, tinggalnya sebelahan lagi."
Desta menoleh malas, "apa untungnya?, di omelin mulu gue adanya."
"Halah gak ada ntar kangen!." ejek Bian.
"Kalau cinta bilang, gengsi gengsi di ambil orang nanges." timpal Artha.
Desta terdiam, "buat apa pacaran kalau bisa langsung nikah."
"Ikut ikut aja, gue tampol nih!," balas Radya saat Desta mengikuti motto hidupnya.
Desta tertawa lalu duduk dekat Radya dan memeluk cewek itu erat, "kangen gue sama lo ntar!."
"Ya harus siap kangen lah, salah siapa mau jauh."
Bian bangkit lalu mendorong Desta menjauh, "jangan peluk peluk, gue cemburuan mau gue patahin leher lo?,"
Desta mengangkat kedua tangannya, "canda bos kuuu." balasnya pada Bian yang memeluk Radya dari samping.
"Udah malem aja, laper nih gue." celetuk Rian mengusap perutnya.
Ansel mengangguk, "pesen dong pesen, ntar duitnya diganti."
Artha mengeluarkan ponselnya lalu memesan beberapa makanan untuk mereka makan, karena memang sudah malam. Mereka berkumpul sejak sore tak terasa waktu berjalan begitu cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIAN
Teen FictionAlbian Athalla Brawijaya, cowok dengan sejuta pesonanya yang dapat memikat kaum hawa. Berperan juga sebagai ketua geng motor terbesar. Kebengisannya dalam membantai semua musuh musuhnya membuatnya semakin di segani. Tapi siapa yang menyangka, di bal...