41

10.1K 539 55
                                    

"Makasih ya buat hari ini, gue seneng banget." ucap Radya lalu melepas helm yang ada di kepalanya.

Artha mengangguk singkat lalu merapikan rambut Radya yang berantakan, "gue pulang ya, kalau ada apa apa kabarin!"

"Iyaa."

Artha tersenyum tipis lalu menjalankan motornya meninggalkan Radya yang masih melambaikan tangan kepadanya. Melihat Artha yang sudah jauh gadis itu  menghela napasnya lelah, lalu melangkah menuju apartemen nya. Ahh dia sudah tidak betah disini, lebih tepatnya dia merindukan Bian, Erlita, dan juga Harvi.


Radya membuka ponselnya yang berbunyi lalu tersenyum membaca pesan dari Erlita, dia sudah bercerita masalah ini pada Erlita tanpa terlewat apapun.

Bundakuu

Sore anak bunda yang paling cantik..  kamu kapan pulang sih tuh Bian uring uringan terus gak pernah mau tidur di rumah,
Tidurnya di kamar kamu terus.
Udahin lah main kamu, biarin aja si Arin Arin itu.
Mau bunda bantuin ilangin dia?

Wkwkwk bundaa kangenn❤️😭😭
Insyaallah lusa Rara pulang ya Bun kita sudahi ini semua.
Hahha bunda jht bgt gak usah Bun Radya bisa sendiri kok.

Radya menyimpan ponselnya lalu melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, tapi saat melihat silet yang ada di dalam lacinya ketika dia mengambil sabun, Radya tak bisa lagi menghalau hasrat ingin melakukan hal itu.


Ia mengambil silet itu dan juga ponselnya menuju kamar mandi, Radya menyalakan shower lalu duduk di bathup membiarkan air mengguyur dirinya. Dia mulai menggoreskan silet itu di paha dan perutnya, dia tak terlalu sering melakukannya di lengan karena akan sangat ketara.


Radya terus menggoreskan silet itu hingga darah tak berhenti mengucur dari perut ratanya yang menjadi korban pelampiasan Radya malam ini.

Radya mulai tak terkontrol, dia membenturkan kepalanya berkali kali ke bathup itu hingga pelipisnya berdarah, dia terus memukuli kepalanya. Biasanya jika sudah seperti ini, Bian akan menghentikan dan memeluknya erat tapi saat ini Bian tak ada.

Radya gemetar, dia meraih ponsel yang berada tak jauh darinya lalu menekan nomer yang saat ini sangat dia butuhkan.

"Hallo kenapa Ra?."

"Al, lo dimana?."

Bian yang mendengar suara bergetar di sebrang sana membuatnya melompat dari kasurnya dan mulai bergerak panik.

"Kenapa Ra bilang, lo butuh apa?"

"Gue mau lo Al, gue gak bisa tanpa Al hiks hiks,"

"Lo gak ngelakuin itu kan Ra?"

"Lo bawa obat nya kan?"

"Gue gak bisa nahan, tolongin gue hiks.."

"Gue kesana lo atur napas dulu oke!, gue kesana!"

Bian segera meraih jaketnya lalu segera berlari menuju rumah seberangnya yang masih belum menutup pintu. Cowok itu berlari cepat menuju kamar Radya, mengambil obat Radya tanpa memperdulikan teriakan bertanya dari bi Ijah.

ALBIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang