30

11.3K 537 47
                                    

"Ntar pulang sekolah, kita ke rumah Oma ya, Al" ucap Radya setelah memasuki mobil Bian yang menunggunya untuk berangkat sekolah.


Bian mengangguk, lalu mengelus kepala Radya yang terlihat gelisah. Dia mengetahui Radya sangat menyayangi Omanya karena beliaulah yang  merawatnya sejak kecil tepatnya saat mama Radya berpulang.

"Semua bakal baik baik aja."

Radya tersenyum lalu mengangguk, Bian selalu berhasil menenangkannya, "jangan pernah tinggalin gue Al."

Bian mengangguk yakin lalu membawa tubuh Radya untuk bersandar di dadanya.

Radya bangkit lalu membenarkan duduknya saat mobil Bian memasuki SMA Kalingga yang sudah dipenuhi siswa maupun siswi di halamannya. Tentu saja hari ini kan Senin, pasti akan dilakukan upacara bendera.

Radya menatap Bian yang menggantungkan dasinya tanpa diikat lalu dia menarik cepat Bian agar menghadapnya lalu mengikat dasi itu dengan rapi. Cowok itu menatap lembut Radya yang dengan serius mengikat dasinya lalu mengecup dahi cewek itu lama.


"Udah kaya suami istri." ucap Radya lalu tersenyum.

"Aamiin in jangan?" goda Bian lalu mencolek dagu Radya.

Radya mengangguk lalu membuka pintu mobil itu, dan segera berjalan menuju kelasnya sebelum upacara di mulai.

Tanpa mereka sadari ada Arin yang melihat itu semua dengan nanar, kaca mobil Bian yang bening memudahkan Arin melihat itu semua sedari tadi. Bela yang ada di sebelah Arin pun mengelus bahu sahabatnya pelan, "sabar."


"Selalu sabar." ucap Arin pelan lalu tersenyum miris.

"Makanya jangan kebanyakan ngarep!" sinis Khalisa yang tiba tiba di belakang mereka.

Arin dan Bela menatap Khalisa yang berdiri di belakang mereka dengan  canggung, "h-hai kak.." sapa Arin gagap.

"Bian sama Radya cocok, lo harusnya TAU DIRI!" tekan Khalisa lalu melengos pergi meninggalkan Arin yang menunduk murung.

"Gak usah di pikirin lo fokus aja sama tujuan lo."

Arin tersenyum ke arah Bela lalu memeluknya cepat, hari ini Kavi tak masuk karena sakit jadi tak ada di antara mereka. Mereka pun segera memasuki barisan kelasnya saat upacara akan segera dimulai, dan menjalankan upacara ini dengan khidmat.


Kring...kring...

"Bela aku ke kamar mandi dulu ya, kamu ke kantin duluan aja." pamit Arin lalu langsung berlari menuju kamar mandi untuk menunaikan hajatnya yang ingin buang air kecil.

"Hahh lega.." ucap Arin pelan setelah keluar dari kamar mandi.

Saat hendak keluar dari kamar mandi  tubuh Arin tiba tiba terpental karena di dorong keras oleh Sherly dari luar. Ia  menatap Sherly takut, merasakan punggungnya sakit karena terbentur meja wastafel. Arin menangis deras membuat cewek ber make up tebal itu memutar bola matanya.

ALBIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang