"Mas Yanto di panggil pak CEO tuh ke ruangannya!"Seorang lelaki paruh baya yang tengah menyapu dapur kecil itu terlihat menoleh lalu menatap rekan kerjanya namun lebih muda itu dengan kebingungan.
"Emang ada apa Do?"
"Waduh saya gak tau, sini biar saya terusin aja."
Yanto memberikan sapu itu lalu merapikan sedikit penampilannya, jarang jarang dia menemui pak CEO yang merupakan papa Radya, paling bertemu hanya untuk mengantar kopi.
Dia melangkah pelan menuju lift yang akan mengantarkannya ke lantai 16, tempat ruangan CEO berada. Di perusahaan besar ini ada 18 lantai dan jumlah karyawan pun tak perlu di ragukan lagi.
Bapak Arin termasuk karyawan yang beruntung disini karena sudah lama masuk bahkan sebelum perusahaan ini se sukses saat ini jadi jangan aneh jika semua karyawan mengenalnya.
Dengan tangan bergetar Ia mengetuk pintu kaca namun tak transparan itu,
"Masuk!"
Sebenarnya agak sedikit ragu untuk memasuki ruangan ini namun daripada penasaran Yanto pun segera masuk walau terlihat sangat gugup.
"Bapak manggil saya?." tanya Yanto sambil menatap atasannya yang masih sibuk dengan laptop.
Lingga melepas kacamatanya lalu menatap satu karyawannya yang masih berdiri di depan pintu, "silahkan duduk!" dia menunjuk kursi di depannya.
Yanto mengangguk lalu melangkah segera dan duduk di kursi itu tanpa berani menatap Lingga yang menatapnya.
"Pak Yanto kan?" tanya Lingga memastikan.
Lelaki itu mengangguk.
"Sudah lama pak kerja disini?"
Yanto kembali mengangguk, "sudah pak, hampir tujuh tahun."
"Saskia Arinjani?, Putri anda?," tanya Lingga langsung pada intinya.
Ya tentu saja dia tau segalanya, Bian sudah memberitahunya tadi dan tak mungkin dia bisa diam saja. Tak akan.
Mendengar itu Yanto pun langsung mendongak menatap atasannya binggung, "iya pak, ada apa ya?"
"Anda tau kalau putrimu itu menyukai Bian?" tanya Lingga lagi.
Lelaki paruh baya itu terlihat sangat terkejut, dia tak mengetahui hal itu yang mengetahui hanya ibu Arin. Dan dia juga mengetahui jika Bian adalah kekasih Radya putri atasannya.
"Jujur saya gak tau pak, maaf." jawab Yanto tak enak.
Tanpa basa basi Lingga melempar satu lembar foto ke depan Yanto, foto Arin yang sedang menggunting kabel rem Radya terlihat buram memang karena terlihat dari cctv sekolah tapi tetap saja itu terlihat wajah Arin.
"Anakmu itu yang membuat putriku kecelakaan!!" nada suara lelaki itu terdengar sangat berbeda, sangat menyeramkan menurut Yanto sendiri.
Dengan bergetar Yanto mengambil foto itu dan benar saja rasanya hatinya bagai di remas, bagaimana bisa putrinya yang lugu melakukan hal se buruk ini? pada anak atasannya pula.
Dia menggeleng tak percaya dengan semua ini, "Arin gak mungkin melakukan ini pak, dia baik saya gak percaya ini." ujarnya tak percaya.
"Sudah ada bukti tapi gak percaya, memang dia yang melakukan itu pada putriku."
Yanto terlihat sangat tak percaya, putrinya yang sangat dia banggakan melakukan hal ini hanya untuk lelaki.
"Maaf pak, maafkan putri saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIAN
Teen FictionAlbian Athalla Brawijaya, cowok dengan sejuta pesonanya yang dapat memikat kaum hawa. Berperan juga sebagai ketua geng motor terbesar. Kebengisannya dalam membantai semua musuh musuhnya membuatnya semakin di segani. Tapi siapa yang menyangka, di bal...