Pagi ini cahaya mentari menyapa dengan begitu indah, setelah kemarin hujan seharian penuh dan membuat beberapa aktivitas tak bisa di lakukan. Namun hari ini mentari terbit dan menyinari seluruh sudut bumi.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan, semua orang sudah menjalankan aktivitasnya masing masing. Ada yang berangkat ke sekolah, bekerja, dan lain lainnya.
Ada yang berangkat dengan terpaksa dan malas, ada juga yang berangkat dengan ceria berharap hari ini menyenangkan tanpa ada penghalang apapun. Ya yang namanya manusia pasti berbeda beda.
Namun sebaliknya dengan seorang cowok yang masih asik bergulung di dalam selimut hangatnya, Bian. Setelah semalam dia menghadiri meeting penting untuk menggantikan ayahnya. Dia baru pulang sekitar pukul satu dini hari, dan langsung tertidur lelap karena nyatanya menjadi CEO itu bukan pekerjaan yang mudah bahkan sangat menguras tenaga.
Namun tak apa, yang namanya bekerja tak ada yang tak lelah. Semua pasti butuh perjuangan termasuk Bian sendiri, ya walaupun ini perusahaan keluarga namun Bian butuh waktu untuk bisa memahami semuanya apalagi kapasitas otaknya yang memang pas pasan.
Ada salah satu motivasi untuknya, yang selalu membuatnya mau belajar untuk bisa menjadi lebih baik lagi, ya Radya. Gadis itu selalu sukses menjadi penyemangatnya. Salah satu orang yang selalu menyebut Bian dengan lelaki paling hebat.
Radya support systemnya Bian.
Satu gadis yang mau mendengarkan segala keluh kesah Bian, yang selalu bisa Bian ajak berbincang. Yang membuat Bian sadar bahwa memang dunianya saat ini adalah Radya.
Menurut Bian hanya Radyalah yang bisa membuatnya jatuh cinta sedalam ini.
Ceklek...
Pintu kamar Bian pun perlahan terbuka, seorang gadis menyembulkan kepalanya, mata bulat coklat itu mengedar. Menatap seluruh penjuru kamar Bian yang masih gelap karena tirai jendela belum di buka.
Radya melangkah masuk dengan gerakan pelan, tangan kanannya membawa satu gelas susu coklat untuk sang pangeran yang masih tertidur itu. Ia meletakkan gelas itu di nakas di samping ranjang Bian.
Sejenak dia terdiam, menatap wajah damai yang masih tertidur lelap itu. Wajah polos nan lucu yang tentunya hanya di tampakan padanya saja. Tentu saja Bian hanya mau bermanja dengan gadisnya.
Kemudian cewek yang memakai daster bunga bunga hijau itu melangkah ke arah jendela membuka gorden itu dengan perlahan hingga akhirnya kamar itu menjadi terang dengan cahaya matahari.
"Eunghh." lenguh Bian merasa tak nyaman dengan cahaya yang mengusik matanya yang masih ingin terpejam.
"Bian masih mau tidur Bun." ujar cowok itu dengan nada serak.
Radya menoleh lalu tersenyum singkat, cewek itu kembali mendekati Bian duduk di sebelah Bian. Lalu mengelus pipi kanan Bian dengan sangat lembut berusaha membangunkan cowok itu.
"Bian masih ngantuk." ucap Bian masih tak mau membuka matanya.
"Bangun sayang!." Radya berbisik lembut di telinga Bian membuat cowok itu membuka matanya perlahan.
Bian tersenyum kecil lalu kembali menutup matanya, jangan bilang jika dia sedang bermimpi. Sudah lama dia memimpikan pemandangan seperti ini saat Radya membangunkannya di pagi hari dengan status mereka yang sudah saling memiliki.
"Ih kenapa senyum senyum?." goda Radya sambil menoel noel pipi Bian dengan jari telunjuknya.
"Salting nih ye, ceritanya." cewek itu semakin gencar menggoda Bian apalagi melihat pipi cowok itu yang mulai memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIAN
Teen FictionAlbian Athalla Brawijaya, cowok dengan sejuta pesonanya yang dapat memikat kaum hawa. Berperan juga sebagai ketua geng motor terbesar. Kebengisannya dalam membantai semua musuh musuhnya membuatnya semakin di segani. Tapi siapa yang menyangka, di bal...