Gadis itu menatap ke lima laki laki tampan itu dengan pandangan menilai, pertama Bian tak memakai dasi dan ikat pinggangnya, dan Artha malah tak memakai seragam dan memilih menggunakan kaos hitam polos.
Dan Desta, ya lumayan rapih tapi tak memakai rompi khas SMA Kalingga dan dasi, Ansel tak memakai kaos kaki dan Rian yang mewarnai rambutnya menjadi abu abu.
"Kalian gak tau ya hari ini pemeriksaan?" tanya Radya binggung.
Mereka kompak menggeleng yang membuat Radya menghembuskan napas panjangnya, "kalian itu mau lulus gak sih?, Belajar gak pernah, masuk aja jarang, pakai seragam gak pernah bener."
Ansel membasahi bibir bawahnya, dari pada Bu Ratna tentu saja dia lebih takut dengan gadis cantik ini. "niat kok Ra, ini aja masih mending kita masuk gak langsung ke kantin."
"Dua bulan lagi udah mau ujian, inget mulai Senin nanti, kalian gak boleh bolos lagi harus masuk!." omel Radya sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena hembusan angin.
Bian berdecak, "bosen, gak menarik banget belajar terus."
Gadis itu berkacak pinggang menatap lima cowok nakal ini, "hehh!! kalian tuh pelajar, kok males belajar."
"terpaksa." jawab Rian asal.
Radya menggelengkan kepalanya, percuma bicara dengan lima berandalan ini, dia memilih melangkah ke koridor yang sudah di penuhi anggota OSIS yang sibuk memeriksa siswa siswi yang baru datang seperti dirinya.
"Hai kak Radya." sapa seorang anggota OSIS yang memakai bando berwana biru dengan sangat antusias.
Radya tersenyum tipis lalu memberikan tasnya untuk di periksa, membiarkan gadis itu memeriksa penampilannya juga.
"aman kak, have a nice day."
Radya hanya mengangguk, berlalu sambil melirik ke lima sahabatnya yang sedang berhadapan dengan ketua OSIS. Memutuskan tak peduli dia langsung berjalan cepat ke kelasnya.
"Lo pada gak ada bosennya dah!" frustasi Devon- ketos SMA Kalingga yang merupakan teman dekat Desta.
"Yaelah pon sekali aja napa bebasin." ujar Desta.
Devon memutar bola matanya malas, "sekali matamu, berkali kali woy!."
Rian tertawa, "kan bentar lagi lulus, nakal dikit gak papa lah."
"Dikit apaan, nih kalau Bian bukan anak pemilik sekolah udah di tendang lo pada dari sekolah."
"BACOT LO!" sentak Bian sambil terkekeh pelan.
Devon mengelus dadanya sabar, "kalau ada kesempatan gue bakal kirim santet ke lo deh Yan."
Bian tertawa, "yaudah cepet, paling gak mempan."
"Iya kan Bian setannya, raja setan malah." timpal Ansel.
Mereka pun tertawa keras membuat hampir seluruh siswi yang ada di koridor itu tersihir karena tawa Bian dan Artha yang biasanya hanya berwajah datar.
"Udah ahh gue males, bilangin Bu Ratna aja." ujar Devon lalu berlari menghampiri Bu Ratna yang sedang memarahi seorang siswa juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIAN
Teen FictionAlbian Athalla Brawijaya, cowok dengan sejuta pesonanya yang dapat memikat kaum hawa. Berperan juga sebagai ketua geng motor terbesar. Kebengisannya dalam membantai semua musuh musuhnya membuatnya semakin di segani. Tapi siapa yang menyangka, di bal...