Tok..tok..tok..
"IYA SEBENTAR..."
Arin membuka pintu rumahnya dengan tergesa gesa, dia tersenyum melihat Alan yang berdiri dengan canggung di depan pintu rumah sederhana itu.
"Kak Alan, yuk masuk!" sambutnya ramah.
Alan menggeleng lalu menatap kekasihnya dengan sangat dalam, "gue boleh peluk gak Rin?, gue lagi capek banget."
Arin menaikkan sebelah alisnya binggung namun tak urung mengangguk, "sini!"
Cowok segera memasuki pelukan Arin dan memeluk gadis mungil itu dengan erat, Arin mengelus pelan punggung Alan yang sedang naik turun.
"Kakak ada masalah apa, sini cerita!" bisik Arin pelan.
Alan tersenyum lalu melepas pelukannya, "gue mau cerita tapi gak disini."
Arin mengangguk lalu menarik tangan Alan ke dalam rumahnya, cowok itu menatap canggung ibu dan bapak Arin yang sedang bersantai dengan menonton tv.
"Assalamualaikum, Tante. Om."
Ningsih dan Yanto tersenyum lalu mengangguk, "nak Alan ya?" tanya Ningsih ramah.
Alan mengangguk lalu menoleh ke Arin yang terdiam, "buruan ganti baju!" bisik Alan mendorong pelan bahu Arin.
Arin tersadar lalu berlari memasuki kamarnya, "mau kemana nak Alan?"
Alan menoleh lalu tersenyum canggung ke Yanto yang menatapnya ramah, "emm keluar aja om, cari angin."
"Angin kok di cari"
Alan menggaruk tengkuknya binggung, "hehe, jalan aja om. Mumpung Minggu."
"Kamu sekarang pacarnya anak saya kan?"
Alan tersenyum lalu mengangguk, "iya om, insyaallah jodohnya."
Yanto tersenyum, "jaga baik baik Arin ya, dia putri kesayangan saya."
Alan mengangguk yakin, "pasti om."
"Jangan keburu nikah dulu, saya masih pengen liat dia sukses sama karirnya."
Alan mengangguk.
"Saya titip Arin ya, saya percaya sama kamu." ujar Yanto lalu menepuk pundak Alan.
Alan tersenyum, "iya om, tanpa om minta saya juga bakal jagain Arin."
"Saya cinta banget sama anak om, saya nikahin boleh ya?"
Yanto tertawa pelan, "saya kan udah bilang jangan kebelet nikah."
Alan menggaruk pelipisnya pelan, "ya gimana ya om, takut di ambil orang."
"Ya kalau jodoh mah gak kemana."
"Ya pokoknya, nanti setelah Arin lulus saya nikahin om. Masalah karir kan setelah nikah bisa."
"Yaudah deh terserah, keras kepala kamu ini."
Alan menyengir lalu menatap Arin yang baru keluar kamar dengan kaos putih dan jaket denimnya, "anak om cantik banget, gimana saya gak takut kalau di ambil orang."
Yanto tertawa keras, "bisa aja mulut kamu."
Alan tertawa lalu menyalimi tangan Yanto dan Ningsih diikuti Arin, "saya bawa anaknya dulu ya om, ntar sore saya pulangin."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIAN
Teen FictionAlbian Athalla Brawijaya, cowok dengan sejuta pesonanya yang dapat memikat kaum hawa. Berperan juga sebagai ketua geng motor terbesar. Kebengisannya dalam membantai semua musuh musuhnya membuatnya semakin di segani. Tapi siapa yang menyangka, di bal...