15

12.9K 604 56
                                    

"Wow."

Mulut Arin menganga kagum melihat bangunan besar nan mewah di depannya, rumah yang dominan dengan warna coklat tua itu terlihat sangat serasi dengan rumah di seberangnya nya yang berwarna putih.

"Ini rumah kakak ya?" tanya Arin masih menatap rumah itu dengan tatapan kagum.

"Heem" jawab Radya sekenanya membiarkan Arin menatap rumahnya.

"WOYY!" teriak Radya pada Bian yang sedang menyiram tanaman milik Erlita.

"Apaan?" jawab Bian melirik Arin yang masih fokus melihat rumahnya.

"Nih mau kaga?" Radya mengangkat plastik yang berisi cilok yang tadi dia beli.

"Mau sini lempar."

Radya melempar satu bungkus cilok yang ditangkap dan langsung dimakan oleh Bian, tanpa berkata apapun Bian masuk ke rumahnya.

"Gak tau terimakasih." gumam Radya pelan.

"Udah masuk, gausah norak!" ujar Radya pedas saat Arin masih mengagumi rumahnya.

"E-ehh iya kak." balas Arin saat menyadari tingkah kampungannya.

Arin berkali kali menepuk dahinya yang sudah berkali kali bertingkah aneh di depan Radya.

"Bi...bi Ijah" panggil Radya dan langsung disahuti oleh bi Ijah.

"Ehh siapa ini?" tanya bi Ijah saat melihat Arin yang menunduk di belakang Radya.

Arin tersenyum lalu menyalimi tangan bi Ijah dengan sopan, "saya Arin Bu." jawab Arin sopan.

Bi Ijah tersenyum. "panggil bibi aja."

Arin mengangguk menatap wanita seusia ibunya, ahh dia jadi merindukan ibunya. Arin mengikuti langkah Radya yang duduk di sofa ruang tamu.

"Bibi ambilkan minum dulu ya" pamit bi Ijah.

'empuk banget nih sofa, iyalah kan pasti mahal.' batin Arin saat mendudukkan dirinya di samping Radya yang masih asik memakan cilok.

"Hobi banget lo ngelamun." kata Radya membuat Arin segera menatap Radya yang menatapnya datar.

"Ini silahkan di minum" ucap Bi Ijah membawa dua gelas jus jeruk.

"Makasih bibi sayang." bi Ijah tersenyum lalu mengangguk dan berpamitan untuk segera menyelesaikan pekerjaannya.

Arin mengedarkan pandangannya menyusuri rumah yang terasa dingin berbeda dengan rumahnya, dia melihat beberapa foto keluarga Radya yang banyak tergantung di dinding rumah itu.

"Ayo, gue tunjukin kamar lo." ajak Radya lalu diangguki oleh Arin.

Arin mengikuti langkah Radya menuju lantai tiga rumah itu, dan Radya membuka pintu coklat di samping kamarnya yang khusus untuk tamu atau temannya yang menginap di situ.

"Nih kamar lo, kalau butuh sesuatu minta bi Ijah aja." ujar Radya lalu melangkah meninggalkan Arin dan memasuki kamarnya.

Arin menatap ruangan besar di depannya, "ini mah lebih gede dari rumah Arin." ucap Arin berdecak kagum.

ALBIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang