51

9.6K 502 54
                                    

Radya mengerjabkan matanya malas saat merasakan cahaya matahari langsung mengenai wajahnya, ahh rencananya hari ini hanya bermalas malasan saja. Namun mengingat, dia harus berangkat sekolah untuk mengejar materi yang dia lewatkan beberapa hari yang lalu.

Dia menyesuaikan cahaya yang mengenai retinanya lalu mengedarkan tatapannya dan melotot kaget saat menyadari kamarnya penuh dengan paper bag khas barang branded.

"Apa nih?"

Radya menoleh ke arah pintu yang terbuka, lalu tersenyum lebar saat wajah Lingga terlihat tersenyum padanya.

"Happy birthday, putri kesayangan papa."

Radya tersenyum lalu segera berlari dan memeluk Lingga erat, "kirain papa lupa."

Lingga membalas pelukan Radya erat sekali, "enggak dong, kemarin papa mau telfon tapi gak ada sinyal, maaf ya...."

Radya mengerucutkan bibirnya, "bang Gery juga gak pulang, cuma ngucapin lewat chat."

"Ini pulang."

Radya memutar kepalanya lalu berlari memeluk Gery yang tersenyum di belakangnya, "Abang di indo juga gak pernah pulang."

"Maaf ya soalnya dari rumah kantornya jauh banget." sesal Gery.

"Gak papa Rara maafin, asal bang Gery seminggu sekali pulang."

Gery tersenyum, "insyaallah doain ya."

Radya mengangguk lalu menatap kamarnya yang di penuhi barang itu, "ini dari siapa?"

"Dari papa, buat Rara dong."

"Ihh papa banyak banget, barang Rara udah banyak banget." kesal Radya namun tak urung berterima kasih.

Lingga tersenyum, "gak papa, yang lama bisa kamu sumbangin nanti."

Radya mengangguk ragu.

"Udah yuk sarapan!" ajak Gery lalu mengandeng tangan Radya menuju ruang makan mereka.

Senyum Radya tak sedikitpun luntur sejak tadi, ahh hangatnya suasana ini. Sarapan bersama Lingga dan Gery adalah hal langka yang sangat jarang dia dapatkan.

"Senyum teros."

Radya terlonjak kaget, lalu menoleh sinis ke arah Bian yang tertawa keras di samping Gery, "anjir mukanya!"

Radya mendatarkan wajahnya lalu melempar satu apel dan tepat mengenai kening Bian, "nah mampus!"

Gery dan Lingga kompak menggelengkan kepalanya melihat sepasang sahabat itu, "udah makan dulu, ntar berantem lagi." sela Lingga yang membuat suasana seketika hening.

Ehemm..

Radya menoleh pada Gery yang berdehem lalu menaikkan satu alisnya, "kenapa bang?" tanyanya.

Gery menatap Lingga serius, "Pa, Gery mau izin nikah."

Lingga yang mendengar pernyataan anak sulungnya itu seketika tersedak makanannya, begitu juga dengan Bian dan Radya, "yang bener bang?,!" tanya Bian tak percaya.

ALBIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang