21

11.7K 570 11
                                    

Bel pulang sekolah yang ditunggu tunggu akhirnya berbunyi, sorakan siswa maupun siswi terdengar senang  karena katanya suara bel paling indah itu jatuh pada bel istirahat dan bel pulang sekolah.

"Ada yang mau bareng gue?" tanya Kavi pada dua temannya.

"Gak deh gue dijemput pacar." tolak Bela lalu tersenyum malu.

"Arin?"

Arin menggeleng, Kavi mengangguk lalu mulai menstater motor matic nya lalu melaju pelan, "lo sama siapa?" tanya Bela.

"Sama supir angkot."

"Hahaha, ayok ke halte aja kalau gitu." ajak Bela yang diangguki Arin.

"Ehhh gue duluan ya." pamit Bela saat melihat motor kekasihnya berhenti di sebrang jalan.

Arin mengangguk lalu melihat Bela yang melambaikan tangan ke arahnya setelah naik ke motor kekasihnya, Arin membayangkan bagaimana jika itu terjadi ke dirinya.

Diam diam Arin tersenyum membayangkan jika Bian menjemput nya dan mengantarnya pulang, "ihh apaan sih Arin?!" gumam Arin pelan lalu memukul kepalanya pelan.

"Hai!"

Arin tersentak kaget lalu menoleh ke sampingnya lalu tersenyum manis.

"Hai juga, kak Alan" balasnya riang.

Alan terkekeh lalu duduk di samping Arin, "kok belum pulang?"

"Ini lagi nunggu angkot."

Arin mengalihkan pandangannya ke jalan, bukan angkot tapi Bian dan Radya yang lewat di depannya yang lebih menyakitkan Radya memeluk erat perut Bian.

Arin menunduk lalu menghembuskan napasnya, Alan yang melihat itu hanya tersenyum getir, "lo suka ya sama Bian?" tanya Alan penasaran.

Arin mengangguk tanpa ragu membuat Alan kembali tersenyum getir. Sejenak cowok itu menunduk, semua perempuan yang dia sukai pasti pasti juga menyukai Bian, baik Arin maupun Radya.

"Kakak suka ya sama kak Radya?" tanya Arin menatap Alan.

Alan hanya mengangguk ragu, tak tau rasa itu masih ada atau tidak. Yang jelas hatinya sudah memihak ke gadis polos yang ada di sampingnya. Lagipula kalau dia menyukai Radya hal itu hanya sebatas khayalan.

"Gimana kalo kita kerja sama, lo dapetin Bian, gue dapetin Radya." usul Alan yang di balas gelengan oleh Arin.

"Aku mau usaha sendiri aja kak, biar ngerasain proses nya." jawab Arin lalu tersenyum.

Alan mengangguk.

"Mau pulang bareng?" tawar Alan tersenyum lembut.

"Ehh.. gak papa kak?"

"Gak papa dong kan searah, kita kan temen juga." ucap Alan sedikit nyesek.

Temen doang yaelah..

Arin mengangguk, jujur dia sangat mengantuk dan ingin segera sampai ke rumah nya suasana hatinya pun mendadak buruk melihat Bian dan Radya tadi.

ALBIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang