Tiga hari sudah berlalu Arin menjalani skors, tepat hari ini cewek itu kembali masuk ke sekolah walau masih takut karena tak sedikit siswa siswi yang membicarakannya bahkan masih kerap membullynya.
Namun Arin bersyukur ketika kedua sahabatnya masih selalu ada di sampingnya dan selalu melindunginya dalam keadaan apapun.
Dan satu hal lagi bahwa Arin tak sendiri, ada mahluk yang sedang tumbuh di dalam rahimnya namun dia tak berani mengatakan ini pada siapapun dan tak mau mengakui ini semua.
Ya semoga saja dia bisa melewati semua hal ini, salahkah dia mengharapkan bayi ini gugur?. Setelah itu dia bisa hidup tenang sambil mengejar semua cita citanya.
Entahlah Arin tak mau memikirkan itu semua.
Saat ini ia sedang berada di kantin dengan kedua sahabatnya, telinganya sengaja dia tulikan agar tak mendengar cacian dari sebagian banyak siswa yang ada disitu.
"Taraaa."
Arin menoleh lalu tersenyum dan bertepuk tangan pelan saat Bela datang dengan 3 mangkuk mie ayam kesukaan mereka juga dengan 3 gelas jus jeruk.
Dengan bersemangat dia menuangkan saus dan sambal juga kecap ke mie ayamnya dan mengundang tatapan binggung dari Kavi dan Bela, "bukannya lo gak mau mie ayam di kasih saos begitu?." celetuk Kavi heran.
Arin mendongak lalu tersenyum gugup, "gak papa kok, lagi pengen aja."
Kavi hanya mengangguk sekenanya lalu memakan mie ayamnya juga dengan tenang.
Tiba ke suapan terakhirnya Arin merasakan perutnya bergejolak, segera dia meletakkan garpunya dengan kasar dan berlari cepat ke kamar mandi.
Kavi semakin mengerutkan keningnya, lalu memutuskan untuk menyusul Arin. "Susulin yok!." ujarnya menatap Bela yang juga terpaku.
"Gue ke UKS dulu ambil minyak angin." balas Bela lalu berlari ke UKS sedangkan Kavi menyusul Arin ke kamar mandi.
Kavi bersandar di pintu kamar mandi itu membiarkan Arin mengeluarkan isi perutnya, "lo kenapa sih?, hamil." ujarnya asal
Cewek itu mendongak kaget ke Kavi lalu membasuh mulutnya yang sedikit kotor juga membasuh mukanya agar lebih segar.
Saat itu juga Bela datang dengan napas memburu, cewek itu membawa satu botol minyak angin juga sebuah bungkusan alat periksa kehamilan.
Arin menelan ludahnya gugup saat Bela meletakkan benda itu di meja wastafel, kalau seperti ini bagaimana dia akan mengelak. Namun jika pada kedua sahabatnya Arin tak apa mereka tau. Lagipula ia sangat mempercayai Bela dan Kavi.
"Kalau belum sembuh ngapain masuk dah?!" omel Bela sambil mengoleskan minyak angin itu ke leher dan perut Arin.
Sedangkan Kavi masih diam bersandar di pintu toilet menatap kedua orang itu, dia menghela napas. "Gue curiga lo hamil deh Rin." celetuknya.
Bela mengangguk, "tuh gue bawa testpack dari UKS, cek aja."
Cewek itu menggeleng, "gak mauuu." jawabnya takut.
"Yaelah gak papa yang tau juga cuma kita." balas Kavi merasa sangat penasaran.
Bela mengangguk lagi, "iya Rin gak papa, ayo periksa sana!"
Arin lagi lagi hanya menurut, dia membawa alat itu ke dalam kamar mandi lalu meninggalkan dua orang yang saling tersenyum miring itu.
Tujuh menit kurang lebih Arin berada di kamar mandi akhirnya cewek itu keluar dengan sangat berkeringat, dia menyodorkan benda kecil itu dengan tangan bergetar ke Kavi.
Dengan cepat cewek itu menerimanya lalu matanya terbelalak, begitupun dengan Bela. Mereka sama sama melotot ke arah Arin yang sudah sangat lemas.
"J-jadi beneran?!" tanya Kavi lagi entah kenapa dia sangat tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIAN
Teen FictionAlbian Athalla Brawijaya, cowok dengan sejuta pesonanya yang dapat memikat kaum hawa. Berperan juga sebagai ketua geng motor terbesar. Kebengisannya dalam membantai semua musuh musuhnya membuatnya semakin di segani. Tapi siapa yang menyangka, di bal...