Tiga tahun kemudian......Sepasang insan terlihat tengah bergandengan tangan melihat lurus ke depan, menatap satu objek dengan lekat. Sekumpulan orang memakai baju hitam dengan raut wajah kesedihan.
Raungan tangisan dan jeritan juga mewarnai suasana sore itu, Bian dan Radya. Ya, saat ini mereka tengah melihat pemakaman Bian.
Jeritan tangisan Erlita seketika membuat mata Bian berkaca kaca, dulu dia ingat dia pernah berdoa daripada harus melihat bundanya meninggal lebih dulu lebih baik dia yang mati lebih dulu.
Dan nyatanya dia itu terkabul.
Di sampingnya ada seorang wanita cantik yang juga menatap lurus ke depan, saat raga Bian yang sudah terbungkus kain putih polos itu di masukkan ke dalam liang lahat lalu di timbun oleh tanah kembali itu.
Dia menoleh ke sebelahnya menatap Bian yang diam menatap nanar ke depan, "kamu udah siap meninggalkan dunia ini Al?." tanya Radya memastikan.
"Siap, cuma aku kaget aja ternyata bisa ya secepat ini." jawab Bian menatap gadisnya.
"Kan aku bilang percaya sama takdir, dia gak akan kuat selalu ngelihat kesedihan kamu." kata Radya sambil mengelus pipi Bian.
Tak ada raut kesedihan di wajah cowok itu lagi karena saat ini dia bisa selalu bersama dengan Radya, "aku bahagia Ra." ungkap Bian tersenyum tulus.
"Mau pergi sama aku?."
Lelaki itu mengangguk cepat dengan binar kebahagiaan, "mau."
Radya tersenyum lalu kembali menatap ke depan, ke gundukan tanah penuh bunga tepat di sebelah makamnya sendiri. Makam Bian tepat di sebelah kanannya.
"Sekarang rumah kita sebelahan lagi Ra..."
"Dan sekarang kita bisa selalu bersama, selamanya." sambung Radya tersenyum menatap Bian.
Lelaki itu tersenyum lebar, seolah tak ada sedikitpun sinar kesedihan darinya karena meninggalkan dunia ini apalagi secara tiba tiba. Namun tak apa Bian malah bersyukur, setidaknya Tuhan mengerti kalau mereka tak bisa berjauhan untuk waktu yang lama.
Tangisan saling bersahutan tak di pedulikan oleh mereka, para inti Gators juga beberapa kerabat sangat kagum dengan kisah cinta mereka. Maupun masih hidup ataupun sudah mati tetap saja mereka tak bisa di pisahkan.
Beberapa pelayat mulai meninggalkan area pemakaman itu, tinggallah kedua orang tua Bian, sahabatnya juga beberapa kerabat yang terlihat masih sangat kaget dan bersedih.
Bian terlibat kecelakaan beruntun yang mengakibatkan dia koma beberapa hari, hingga akhirnya Bian menghembuskan napas terakhirnya hari ini. Di jemput Radya.
Posisinya sudah malam dan Bian pun sudah sangat lelah dan mengantuk, hingga mobilnya menabrak pembatas jalan dan menghantam dua mobil di depannya. Untungnya tak ada korban jiwa lain selain Bian.
Kedua orang tua Bian sudah melangkah pergi, bersama dengan Ansel, Rian, dan Desta yang mengawal mereka. Yang tersisa hanyalah Artha dan Alan yang menunduk tepat di depan pusara Bian.
"Cinta sejati." bisik Alan menatap dua gundukan tanah bersebelahan itu.
Artha tersenyum tipis, duduk di tengah tengah makam itu.
"Selamat beristirahat kalian, semoga selalu bahagia."
Radya dan Bian kompak tersenyum mendengar itu, Bian merangkul bahu Radya lalu mengecup puncak kepala gadis itu. "Aku akan selalu bahagia kalau di samping kamu." ungkapnya.
Setelah itu Artha dan Alan pun berjalan meninggalkan area pemakaman itu, tersisa Bian dan Radya yang menatap lurus ke rumah mereka masing masing. Walau tak di liang yang satu namun setidaknya bersebelahan.
"Ayo pergi!." ajak Radya lalu menggandeng tangan Bian menggenggamnya erat.
"Mama udah nunggu." bisik gadis itu pelan.
Bian mengangguk patuh.
Mereka memutar badan mereka, lalu saling tatap dan tersenyum lega. Dengan langkah kecil mereka melangkah menuju pusaran cahaya yang sepertinya telah lama menunggu mereka.
Perlahan bayang mereka tertelan oleh cahaya itu yang artinya mereka telah masuk ke dimensi lain tempat yang lebih baik dan penuh kebahagiaan, di surga.
Cinta mereka abadi...
Ya walau berakhir dengan kisah pilu, namun setidaknya seluruh dunia tau betapa indahnya kisah mereka untuk di kenang.
Ini hanya sepenggal cerita hidup mereka, yang lain tak tertuang karena binggung ingin menuliskannya bagaimana karena begitu indah.
Albian dan Radya pamit.
Sekedar informasi, mereka sangat bahagia disana.
Selamat tinggal...
Terimakasih...
-monikaa03
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIAN
Teen FictionAlbian Athalla Brawijaya, cowok dengan sejuta pesonanya yang dapat memikat kaum hawa. Berperan juga sebagai ketua geng motor terbesar. Kebengisannya dalam membantai semua musuh musuhnya membuatnya semakin di segani. Tapi siapa yang menyangka, di bal...