64.

6.1K 389 90
                                    

Pagi ini suasana sarapan di keluarga Arin masih hangat, dengan adiknya yang masih di suapi ibunya juga bapaknya yang nampak lahap memakan nasi goreng buatannya tadi.


"Gimana sekolah kamu nduk?"  tanya Yanto menatap putrinya yang tengah duduk diam sambil meminum teh hangat.

Arin mendongak sambil tersenyum tipis, "baik kok pak, nilai Arin juga gak ada yang turun."

"Alhamdulillah Rin, semoga nanti kamu jadi orang sukses ya."

"Hari ini bapak banting tulang buat sekolahin kamu, semoga kamu nanti jadi orang sukses yang bisa banggain orang tua." kata Yanto yang membuat Arin mencelos.

Dia hanya berdoa semoga setelah kejadian malam itu tak ada yang bisa merubah masa depannya, semoga pula Tuhan tak memberikannya ujian dengan seorang anak. Ya semoga tidak.

"Yuk bapak anter, sekalian mau berangkat."

Cewek itu mengangguk sambil meraih tasnya dia bangkit tak lupa berpamitan pada ibunya juga adiknya lalu menyusul bapaknya yang sudah siap di atas motor butut yang mereka miliki.

"Yuk kak, keburu telat nanti."

Arin yang tengah melamun pun segera mengangguk dan naik ke motor itu dan Yanto pun segera melajukannya dengan kecepatan sedang.

Setelah perjalanan kurang lebih 20 menit akhirnya motor itu berhenti tepat di depan gerbang SMA Kalingga yang nampaknya sudah ramai, Arin tak malu jika berangkat dengan motor butut ini dan menjadi pusat perhatian disitu.

Karena yang mengantarkannya adalah bapaknya, super heronya. Orang yang selalu ada untuknya orang yang selalu menjadi tameng pertamanya dalam hal apapun. Dan dia pun berjanji akan membanggakan orang tuanya suatu hari nanti.

"Belajar yang pinter" Kata Yanto sambil mencium kening Arin.

Pria paruh baya itu terlihat sangat bangga putrinya bisa masuk ke sekolah ae elite ini, "udah sana, ntar telat."

Arin mengangguk, "bapak hati hati ya, assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam, belajar yang pinter ya!."

Cewek itu mengangguk lalu melambaikan tangannya pada Yanto dan melangkah masuk ke SMA Kalingga untuk kembali menimba ilmu, mempersiapkan masa depan.

Tanpa dia sadari terlihat tatapan iri dari seorang cewek yang ada di dalam mobilnya, ya Radya. Dia jujur sangat iri dengan kedekatan Arin dengan kedua orang tuanya.

Dia melihatnya saat Arin mendapat ciuman penuh kasih sayang dari bapaknya sedangkan dia, bahkan terakhir bertukar kabar dengan papanya pun sekitar satu bulan yang lalu.

Papanya masih sibuk bekerja dan hampir 2 bulan ini tak pulang ke rumah sekalipun, bahkan jarang mengabarinya.

Dengan jari telunjuk cewek itu mengusap air matanya yang keluar dengan nakal, tak boleh. Dia tak boleh lemah di hadapan banyak orang yang boleh melihat sisi lemahnya hanya Albian. Itu sudah cukup.

Dia merapikan penampilannya dan memoles sedikit pelembab bibir lalu keluar dari mobilnya, dan tepat saat itu Artha baru datang dengan motornya.

ALBIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang