73

6.2K 428 109
                                    

Hari kedua dimana Arin di jauhi oleh kedua sahabatnya....

Rasanya bersekolah disini seperti simulasi di neraka, tak ada lagi yang perduli padanya. Di tempat manapun dia akan menerima pembullyan dan sekarang tak ada lagi yang mau berteman dengannya.

Seperti hal nya Bela dan Kavi, dua orang yang dia harapkan akan selalu bersamanya itu sekarang bahkan tak mau menatap wajahnya lagi bahkan mereka bergabung dalam geng yang suka membully Arin.

Ya singkatnya Arin di kucilkan saat ini...

Seperti hal nya pada sore ini, padahal sudah jam pulang namun Arin sayangnya masih berada di sekolah karena menunggu Alan menjemputnya katanya sih cowok itu masih ada jam tambahan.

Dia memejamkan matanya saat merasakan ada air mengalir dari atas kepalanya dia mendongak ada putri teman sekelasnya yang masih setia membullynya sejak dulu.

Saat ini cewek itu menumpahi kepala Arin dengan jus alpukat yang membuat rambut Arin terasa sangat lengket, hal itu sudah biasa terjadi dan pelakunya tak urung adalah Putri dan Isma walau kadang yang lainnya.

Sekali lagi Arin hanya bisa diam tak punya kuasa atau tenaga untuk melawan apa yang sudah mereka lakukan padanya, rasanya sudah tak kuat bahkan ingin keluar dari sekolah ini namun sekali lagi hal ini demi impiannya.

Setelah menyiram jus itu Putri langsung pergi seperti biasa sambil tertawa dan Arin lagi lagi hanya diam, mungkin bisa dibilang gadis itu sudah terbiasa menerima perlakuan buruk ini.

Meninggalkan Arin yang sibuk membersihkan bekas jus itu di rambutnya sebisa mungkin, sedangkan sang pembully malah berlari dengan riang menuju satu gang dekat sekolah yang sangat sepi.

"Udah kak." ujar Putri melaporkan perbuatanya pada seorang laki laki yang memakai jaket khas Gators.

Cowok itu mengangguk lalu menyodorkan satu amplop berisi uang tunai yang lumayan banyak, "bayaran buat besok juga, jadi besok jangan lupa."

"Siap kak, tenang aja." jawab Putri ceria sambil memasukkan amplop itu ke dalam tas nya sedangkan cowok itu sudah melangkah pergi.

Kembali pada Arin, cewek itu sudah mati matian menahan tangisnya namun gagal ya tetap dia hanyalah seorang gadis lemah nan cengeng. Dia menangis terisak di depan pos satpam itu.

Namun tak lama ada suara motor berhenti tepat di depannya, Alan. Cowok itu segera turun lalu berjalan mendekati Arin lalu memeluk cewek itu dengan begitu erat seperti hari hari sebelumnya.

Alan pun tak mau melawan, ini sudah konsekuensi atas perbuatan Arin dan ini hukuman Bian untuk Arin. Dia ingat betul saat Bian mengatakan bahwa dia tak akan membiarkan Arin hidup dengan tenang.

"Gak papa, gue disini." ujar Alan sambil mengecup sekilas kening Arin.

"Arin capek." ungkap cewek itu sambil memeluk pinggang Alan erat.

Alan mengelus puncak kepala Arin, "sabar."

"Ini juga buah dari perbuatan lo, jadi sebelum berbuat di pikir dulu."

"Yuk pulang gue mau ketemu orang tua lo."

......

"Kakak yakin mau ngomong?" tanya Arin sekali lagi saat Alan sudah memarkirkan motornya tepat di depan rumah Arin.

"Kak Arin bisa putus sekolah setelah ini, Arin gak mau kak." lirih Arin dengan air matanya yang kembali mengalir.

"Gue juga gak tau Rin, gue harus kerja dimana? Buat hidupin lo!," jawab Alan menjambak rambutnya frustasi.

Arin mengusap air matanya, "gimana kalau kita gugurin aja kak?, Biar semua aman."

"Gue gak se bangsat itu buat bunuh anak gue sendiri." jawab Alan penuh penekanan.

ALBIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang