"Assalamualaikum, Radya pulang!" teriak Radya lalu memasuki rumahnya dengan berlari riang diikuti Bian dibelakangnya.
"Waalaikumsalam.."
Suara berat yang Radya sangat rindukan, yang belakangan ini sangat jarang dia dengar. Segera gadis itu berlari memeluk ayahnya yang sudah merentangkan tangannya.
"I Miss you so much.." ucap Radya pelan.
"Papa lebih kangen kamu.." balas Lingga - papa Radya.
Radya melepaskan pelukannya dan menatap lingga sebal, "papa mah kaya bang Toyib!" kesalnya.
Bian yang mendengar itu tertawa puas, lalu segera menyalimi tangan calon mertuanya. Ehh, aamiin in jangan?
"Udah sana mandi, kamu juga Bian!, nanti kita makan bareng." Titah Lingga yang mereka turuti.
****
Dentingan sendok dan piring itu saling bersahutan, mewarnai makan siang hari ini. Berusaha memecah keheningan, dengan iseng Bian melempar anggur tepat ke dahi Radya.
"Aduh.. ih usil banget sih!" omel Radya mengusap dahinya yang memerah.
Lingga hanya tersenyum melihat kedekatan keduanya, kadang dia iri dengan Bian yang rasanya lebih dekat dengan putrinya daripada dia. Tapi ya mau bagaimana lagi ini juga kesalahannya.
"Gery udah ngabarin kamu lagi Ra?" tanya Lingga setelah selesai dengan makananya.
Radya menggeleng sedih, "gak papa mungkin bang Gery sibuk," ucap Bian menenangkan Radya dengan mengusap rambutnya.
Satu kebiasaan Bian yang perlu diketahui, dia sangat suka mengelus rambut Radya, menoel pipi tembam Radya dan jangan lupa mengecup bibir manis Radya.
"Yuk ke ruang tamu aja, biar enak ngobrolnya." ajak Lingga lalu berjalan menuju ruang tamu.
"Gimana sekolah kalian?" tanya Lingga.
"Baik kok Pa." balas mereka serentak.
"Bohong. Bian sering bolos pa nilainya juga gak pernah lebih dari tujuh!" adu Radya menunjuk Bian.
"Tujuh kan udah KKM, jadi gak papa." balas Bian santai.
"Ya gak lah, nilai itu harus seratus gak boleh kurang." ucap Radya.
Bian sedikit mendorong jidat Radya, "itu mah lo bukan gue."
"Udah udahh." lerai Lingga saat Radya akan menjawab Bian.
Lingga menatap Radya yang menyandarkan kepalanya pada Bian dan Bian yang sibuk memainkan rambut panjang Radya.
"Kamu ambil bimbel lagi Ra?" tanya Lingga.
Radya mengangguk, "iya, kan bentar lagi ujian." Lingga tersenyum.
"Kamu gak perlu ngoyo Ra, nilai itu gak harus sempurna yang penting hasil kamu sendiri." ujar Lingga membawa tubuh Radya ke pangkuannya.
"Iya Pa, tapi Radya mau yang sempurna." jawab gadis itu.
"Marahin dia Pa, dia jarang tidur cuma gara gara belajar." Bian gantian mengadu, lalu dibalas pelototan mata oleh Radya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIAN
Teen FictionAlbian Athalla Brawijaya, cowok dengan sejuta pesonanya yang dapat memikat kaum hawa. Berperan juga sebagai ketua geng motor terbesar. Kebengisannya dalam membantai semua musuh musuhnya membuatnya semakin di segani. Tapi siapa yang menyangka, di bal...