Tepat hari ini Radya dan Bian akan berangkat ke Jogja, melepas penat selesai ujian dan menghabiskan waktu berdua tentunya. Menepati janji Bian tempo hari.
Pukul dua dinihari mereka memutuskan untuk berangkat. Ahh bukan sebenarnya ini paksaan dari Bian, dan hanya satu hari di Jogja karena Bian harus memimpin rapat penting lusa depan.
Bian menatap intens gadis yang tertidur nyenyak di pesawat yang mereka tumpangi, "cewek siapa sih ni cakep banget!." gumamnya mengelus lembut pipi Radya.
"Bangun by, udah mau sampe!," bisik Bian lalu meniup pelan wajah Radya.
Radya mengerang pelan lalu menatap Bian dengan sayu, "ngantuk ahh, lo sih berangkat jam segini!,"
Bian tertawa keras lalu mencubit pipi Radya kencang, "daripada kaga berangkat."
"Anjir sakit ahh,"
"Jangan desah mau lo gue garap disini!,"
"WOY!!,"
Bian tertawa lalu merangkul bahu Radya, "seneng gak?,"
"Seneng sih, cuma jam 3 subuh mau kemana njir?,"
"Ssstt, lo ikut aja pangeran pergi!,"
"Pangeran kodok."
.......
Radya berkacak pinggang, merasa sangat kesal dengan Bian yang malah mengajaknya tidur di emperan masjid, "kenapa kagak di emperan toko aja Al, sekalian."
"Besok tinggal ngemis."
Tanpa rasa bersalah cowok itu malah tertawa lalu merebahkan dirinya di emperan masjid besar Jogja yang terlihat sepi itu dengan bantal tas yang dibawa Radya.
"Gue udah sewa motor, ntar keliling Jogja pake motor."
Mata Radya berbinar, dia tidur di sebelah Bian, "mantep tuh, pokoknya gue mau makan oseng mercon malem nya!."
"Iye, makanya sabar tunggu pagi ntar biar motornya di anter kesini."
Radya mengangguk lalu mengedarkan pandangannya ke masjid yang mulai ramai, dia menepuk paha Bian yang sedang memejamkan matanya tenang.
"Bangun anjir!. rame ntar dikira anu anu lagi."
Mendengar itu Bian langsung terbangun dan sedikit menjauh dari Radya yang sedang sibuk melepas sepatunya untuk menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim. Sholat subuh.
Radya menundukkan kepalanya saat ada perempuan bercadar yang menyapanya ramah, "mau saya ambilin mukena mba?,"
Cewek itu menoleh sedikit terkaget dengan tepukan di bahunya, dia mengangguk. "Boleh mba, makasih ya."
Ia mengikuti langkah kecil perempuan mungil di depannya, menuju salah satu almari yang ada di luar masjid itu lalu mengambilkan dua mukena untuk Radya dan gadis itu sendiri.
Mukena berwarna putih dengan motif bunga bunga itu terpasang pas di kepala Radya, "makasih mba." ujar Radya sambil tersenyum tipis.
Perempuan bercadar itu mengangguk lalu menyodorkan tangannya, "saya Aisa, kamu?,"
"Radya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIAN
Teen FictionAlbian Athalla Brawijaya, cowok dengan sejuta pesonanya yang dapat memikat kaum hawa. Berperan juga sebagai ketua geng motor terbesar. Kebengisannya dalam membantai semua musuh musuhnya membuatnya semakin di segani. Tapi siapa yang menyangka, di bal...