80

13K 498 104
                                    

Hari yang ditunggu tunggu pun tiba, hari pertama dilaksanakannya ujian nasional untuk kelas dua belas sebagai penghantar mereka ke jenjang pendidikan selanjutnya.

Ujian yang dilaksanakan dari jam delapan pagi hingga tengah hari dan juga empat hari, yang sukses membuat mereka was was tentang lulus atau tidaknya padahal ya pasti lulus.

Hari ini mata pelajaran bahasa Indonesia, perlu kalian ketahui semalaman suntuk Bian belajar bukankah itu suatu yang sangat mengagumkan. Ohh tentu tidak karena semua hanyalah paksaan dari Radya.

Ya gadis itu mewanti wanti Bian untuk belajar dengannya dan Bian pun setuju, tapi cowok itu tak mengira bahwa belajar yang di maksud Radya sampai tengah malam dan tanpa jeda sebentar pun.

Dan besok mata pelajaran matematika, dan lagi lagi Radya memaksa Bian belajar karena di pelajaran itu Bian sangatlah tidak pandai. Nilai ulangannya saja tak lebih dari 30.

"Ra gue mau ke kantor bentar, lo gue anterin pulang dulu aja ya." ujar Bian menatap cewek yang sedang asik mengobrol dengan Khalisa.

Cewek itu menggeleng, "gue bareng Khali aja." tolaknya.

"Yakin?, Gue anterin aja deh."

"Iya gak papa, udah sana!."

Khalisa ikut menimbrungi, "yang lain pada kemana?."

"Di markas, abis dari kantor gue juga kesana."

"Yaudah Rara sama gue aja." balas Khalisa.

"Yaudah deh gue berangkat ya." Bian bergerak maju lalu mencium kening Radya dan mengusap rambut panjang gadis itu lalu melaju pergi.

"Jalan mau gak?." Tanya Khalisa menaik turunkan alisnya.

Radya mengangguk antusias, sudah lama tak menghabiskan waktu dengan sahabatnya. "Kemana?."

"Makan seblak." jawab Khalisa asal.

"Boleh deh, gue udah lama gak makan seblak."

Khalisa mengangguk antusias karena menyukai makanan berkuah pedas itu, "yuk gue ajak ke langganan gue, enak banget pokoknya."

"Gue ambil mobil dulu ya." kemudian cewek itu berlari masuk ke parkiran meninggalkan Radya yang terkekeh pelan melihat ke antuasiasan Khalisa tentang seblak.

Matanya mengedar, tiba tiba netranya menangkap seorang cowok yang berjalan ke arahnya sambil tersenyum miring, Sadewa. Radya pun mengambil langkah untuk segera pergi menjauhi cowok itu.

Namun terlambat, Sadewa sudah lebih dulu mencengkram pergelangan tangan Radya hingga cewek itu tertarik mundur menabrak dada bidang Sadewa.

"Takut hmm?." desis Sadewa mendekatkan wajahnya ke telinga Radya membuat cewek itu bergidik geli.

"Apaan sih pegang pegang najis!," cewek itu menepis tangan Sadewa lalu berjalan mundur menjaga jarak dengan Sadewa.

Sadewa terkekeh pelan, "lo tau apa yang bikin gue jatuh cinta sama lo?, ya sikap lo gini."

"Malu malu tapi mau." sambungnya sambil maju mendekat ke Radya lagi.

Radya memutar bola matanya, "lo gak pernah jatuh cinta sama gue!, lo cuma obsesi buat rebut semua yang Bian dan Artha punya." jawabnya malas.

Sadewa mengeluarkan senyum miringnya, "yahh ketahuan dehhh."

"Gue udah ambil punya Artha, sekarang giliran punya Bian dan gue bakal hidup tenang."

Cewek itu berdecih lalu mendorong pelan Sadewa, "minggir gue mau pulang!,"

"Bentar lah, main dulu dong sama gue."

ALBIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang