Pagi ini sang fajar nampak malu malu menampakan dirinya, mentari yang biasanya bersinar terik kini tertutup awan mendung tebal yang membuat pagi ini terlihat lebih gelap. Gerimis kecil kecil pun mulai turun membasahi permukaan bumi, namun hal itu tak menjadi halangan bagi orang orang hebat di luar sana yang rela menerjang hujan yang mulai lebat ini.
Seperti hal nya Arin yang baru turun dari angkot, dia segera berlari menuju koridor sekolah agar tidak basah kuyup. Waktu masih menunjukan pukul 6 tapi Arin sudah sampai di sekolahnya. Gadis itu mengedarkan pandangannya, pagi ini SMA masih sangat sepi. Hanya beberapa petugas kebersihan dan tak jarang penjual kantin yang tengah mempersiapkan dagangannya.
Tiba tiba bulu kuduk Arin berdiri, dia menoleh kanan kirinya yang tak ada manusia satu pun.
"Kok jadi serem sih."
Arin segera berlari menuju kelasnya, dan menduduki meja miliknya dengan anteng. Untung saja satu teman sekelasnya sudah datang.
"Kamu udah dari tadi?" tanya Arin pada Nando, salah satu teman sekelasnya yang sangat pendiam.
Nando mengangguk tanpa menoleh ke Arin.
Arin tersenyum canggung, lalu mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Melihat hujan yang berlomba lomba turun untuk membasahi bumi. Sungguh dia tak menyukai hujan dari dulu hingga sekarang, bahkan sekarang dia mengingat ketika tak sengaja melihat Bian dan Radya yang tertawa bahagia di tengah hujan kemarin.
Arin menghembuskan nafas panjangnya, ternyata jatuh cinta se rumit ini. Ia mengeluarkan kotak bekal dari tasnya, yang berisi nasi goreng buatan ibunya yang rencananya akan dia berikan pada Bian, sendiri.
Kalau berani sih...
.....
Radya membenahi sweater biru yang melekat di badannya, lalu turun dari mobil santai diikuti oleh Bian di belakangnya."Belajar sewajarnya aja!" ucap Bian ketika Radya sudah sampai di depan kelasnya, mencium kening Radya sekilas lalu segera melangkah ke kelasnya.
Radya memasuki kelas menyapa teman sekelasnya yang menatapnya ramah, dan duduk tenang di mejanya.
"Ayang gue." ujar Khalisa lebay dan memeluk erat tubuh Radya.
"Alay lo."
Tanpa sengaja Khalisa menekan luka Radya yang masih basah, membuat Radya mengigit bibir bawahnya menahan sakit. Khalisa yang tak tau apa apa menaikkan satu alisnya lalu tangannya mengusap keringat di dahi Radya.
"Lo sakit Ra?, Kok keringetan padahal dingin."
Radya menggeleng pelan,
"Gak kok, cuma dingin aja."
"Dingin gimana?, orang lo keringetan begitu."
Radya menempelkan telunjuknya di bibir Khalisa saat guru jam pertamanya, pak Bambang masuk. Lalu mulai menyimak materi dengan serius tanpa menjawab Khalisa yang menatapnya curiga.
....
Arin kembali meyakinkan dirinya untuk memberikan kotak makannya pada Bian yang terlihat diam bersama ke enam temannya di meja biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIAN
Teen FictionAlbian Athalla Brawijaya, cowok dengan sejuta pesonanya yang dapat memikat kaum hawa. Berperan juga sebagai ketua geng motor terbesar. Kebengisannya dalam membantai semua musuh musuhnya membuatnya semakin di segani. Tapi siapa yang menyangka, di bal...