Hari Jumat pun tiba, seorang cewek dengan rambut di kuncir kuda rapi berjalan di tengah koridor itu tapi matanya terpusat pada benda persegi yang ada di genggamannya.
Tanpa menyadari ikatan tali sepatunya terlepas Radya tetap berjalan karena dia berpikir koridor itu sedang sepi jadi tak akan menabrak siapapun, lagipula kelas sepuluh dan sebelas sudah masuk.
Dia tengah menuju aula, Khalisa sudah ada disana juga inti Gators. Namun Bian juga baru datang dengannya tapi cowok itu masih mencari parkiran untuk mobilnya jadi Radya memutuskan untuk ke aula lebih dulu.
Tak menyadari tali sepatunya terlepas, Radya tetap meneruskan langkahnya hingga salah satu kakinya menginjak tali sepatu itu sendiri hingga membuat cewek itu hampir tersungkur.
Dia membulatkan matanya saat akan jatuh ke depan, namun bukannya jatuh Radya malah semakin melotot saat lehernya merasa tercekik karena ada yang menahan kerah belakang seragamnya.
Segera ia berdiri tegak lalu mengusap lehernya sambil terbatuk batuk, dia melirik Bian yang hanya diam menatapnya. Cowok itu menahan Radya agar tak jatuh dengan menarik kerah belakang seragamnya.
"Anjing lo!." umpat Radya sambil mengusap lehernya yang memerah.
Bian menggedikkan bahunya acuh lalu merangkul bahu Radya dan berjalan cepat membuat cewek itu mengikuti langkahnya dengan tersandung sandung, karena langkah Bian yang besar dan langkahnya kecil.
"Santai dong!." kata Radya nyolot.
Cewek itu berhenti sesaat lalu berjongkok untuk mengikat tali sepatunya namun sepasang tangan kekar itu mendahuluinya, Bian mengikat tali sepatu Radya dengan erat agar gadisnya tak berpotensi untuk jatuh lagi.
"Jangan ceroboh!, Kalau jatoh sakit!." omel Bian sambil mengeratkan tali sepatu satunya lagi.
"Makasih ayang!." balas Radya manja.
Bian bangkit dari jongkoknya lalu menatap Radya sebelum membantu cewek itu berdiri lagi, dia tersenyum kecil lalu merapikan rambut coklat yang di kuncir kuda itu.
"Papa dateng tadi." ujar Bian memberi tahu.
"Terserah mau dateng gak." jawab Radya cuek.
"NANTI NANGESSSS!!!." ejek Bian sambil meraup wajah Radya yang tadi pagi dia poles make up karena hari ini baginya hari terpenting.
"JANGAN GITU BABI!, GUE UDAH MAKE UP SUSAH SUSAH MALAH LO RUSAK!." pekik Radya sambil mencubit lengan Bian hingga cowok itu meringis tertahan.
Cewek itu mengeluarkan cermin kecil dari balik saku seragamnya lalu melihat wajahnya melalui pantulan cermin itu, untung saja tak berantakan. Dasar Bian.
"Jelek!." Bian menjulurkan lidahnya ke arah Radya namun gadis itu lebih memilih tak menanggapi.
Kadang kalau di tanggapi Bian ngelunjak!.
"Bodo, gue mau cari cowok lain aja kalau gitu." Radya bergantian menjulurkan lidahnya lalu berlari dari Bian yang terlihat marah..
"AWAS AJA KALAU BERANI!."
"SIAPA TAKUT!!." jawab Radya mengejek Bian.
Cowok itu meraih tubuh ramping dari belakang lalu mendorong tubuh Radya ke dinding koridor itu, lalu mengungkung gadis itu tak memberi celah untuk keluar.
Napas mereka beradu, Bian menempelkan keningnya dengan Radya lalu menggesekkan hidung mancung mereka membuat Radya terkekeh pelan.
"Mau cari cowok lain hm?!." tanya Bian dengan suara yang serak.
Radya memiringkan kepalanya, cewek itu sedikit berjinjit lalu mengecup bibir Bian sekilas namun berhasil membuat cowok itu terpaku.
"Gadis nakal!." desis Bian melihat Radya yang tersenyum puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIAN
Teen FictionAlbian Athalla Brawijaya, cowok dengan sejuta pesonanya yang dapat memikat kaum hawa. Berperan juga sebagai ketua geng motor terbesar. Kebengisannya dalam membantai semua musuh musuhnya membuatnya semakin di segani. Tapi siapa yang menyangka, di bal...